Selasa, 28 Februari 2017

Sejarah Muara Kubu



Jejak Sejarah Yang Tertinggal Di  Muara Kubu
Oleh :
Nahrudin 

Abstrak
Muara kubu adalah suatu kampung pesisir yang berdekatan dengan laut lepas selat karimata. Nama Kubu menurut catatan cerita rakyat adalah sebagai tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan benteng-benteng tersebut berada di muara kubu. Jejak sejarah di Muara Kubu cukup menarik perhatian penulis untuk mengunggakap peninggalan yang masih ada di Muara Kubu.

Kata kunci : jejak sejarah, muara kubu.
a.      pengertian sejarah
Kata ‘’Sejarah’’berasal dari Bahasa Arab ‘’syajaratun’’, artinya pohon. Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon, memiliki cabang dan ranting , bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah silsilah, kisah, hikayat yang berasal dari bahasa arab. Sejarah  dalam dunia Barat disebut historie (Perancis), historie (Belanda) , dan history (Inggris),dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu.[1]
Menurut definisi yang umum, kata history berarti ‘’masa lampau umat manusia’’. Dalam bahasa Jerman disebut Geschichte, barasal dari kata geschehen yang berarti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut tarikh, berasal dari akar kata ta’rikh dan taurikh yang berarti pemberitahuan tentang waktu dan kadangkala kata tarikhus syai’I menunjukan arti pada tujuan dan masa berakhirnya suatu peristiwa.
Dalam pengertian lain, sejarah adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (events in the past). Dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.
Dalam istilah bahasa-bahasa eropa, asal muasal istilah sejarah yang di pakai dalam  literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal muasal, dalam bahasa yunani historia. Dalam bahasa inggris dikenal dengan history, bahasa perancis historie , bahsa italia storia, bahsa jerman geschichte, yang berarti terjadi, dan bahasa belanda di kenal gescheiedenis.
Melihat  pada makna kebahasaaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisas.[2]
Dalam khazanah filsafat, secara singkat epistemologi diartikan sebagai teori ilmu pengetahuan. Pembicaraan dalam epistemologi pada pokoknya berhubungan dengan upaya untuk menjawab bagaimana karakteristik pengetahuan ilmiah, bagaimana metodologi untuk memperolehnya dan apa kriteria keabsahan dan kebenarannya serta bagaimana mengujinya.
Epistemologi merupakan bentukan dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang juga berarti pengetahuan atau informasi. Jadi epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan.
Masalah sejarawan dalam usahanya memilih suatu subjek dalam mengumpulkan informasi mengenai subjek itu (kegiatan tersebut belakangan sering kali diberi nama yunani heuristik). Heuristik sejarah tidak berbeda dalam hakikatnya dengan kegiatan bibliografis yang lain sejauh menyangkut. Akan tetapi sejarawan harus mempergunakan banyak material yang tidak terdapat didalam buku-buku. Jika bahan-bahan itu bersifat arkeologis, epigrafis, atau numismatis, untuk sebagian besar yang harus bertumpu kepada museum.
Jika bahan-bahan itu berupa dokumen-dokumen resmi, maka ia harus mencari di arsip, pengadilan-pengadilan, perpustakaan pemerintah, dan lain-lain. Jika bahan-bahan itu merupakan dokumen-dokumen pribadi yang tidak terdapat dalam koleksi-koleksi resmi, ia mungkin harus mencarinya diantara dokumentasi perusahaan-perusahaan, ruang piagam dari puri-puri kuno, milik berharga kolektor autograph, dokumen-dokumen gereja, dan sebagainya.jika telah memikirkan sesuatu subjek, dengan pembatasan-pembatasan yang sedikit banyak bersifat pasti, mengenai perorangan, wilayah, waktu, dan fungsi (yakni aspek-aspek ekonomi, politik, intelektual, diplomasi, atau aspek-aspek karya lainnya) yang bersangkutan, ia mencari bahan-bahan yang mungkin ada sangkut pautnya dengan perorangan diwilayah itu pada waktu itu yang berfungsi secara itu. Bahan-bahan itu adalah sumber-sumbernya semakin cermat pembatasannya mengenai perorangan, wilayah, waktu dan fungsi, semakin besar kemungkinannya bahwa sumber-sumbernya akan ada sangkut pautnya dengan subjeknya.[3]
Sejarah dapat memberikan pengetahuan baru terhadap kita bisa di lihat dari dua aspek :
Pertama; Untuk memenuhi rasa ingin tahu mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau, tentang bagaimana deskripsi peristiwanya, mengapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana akhir peristiwa itu, serta perkiraan implikasi atau dampak peristiwa tersebut terhadap bidang-bidang kehidupan lainnya.
Kedua; Untuk mengetahui lebih mendalam apakah sejarah itu suatu seni atau suatu disiplin ilmu, Profesor Charles A. Beard, dalam pidatonya selaku Presiden Perserikatan Ahli Sejarah Amerika di New York, 1933 dengan judul: “Written History as an Act of Faith” menyatakan bahwa: Sejarah sebagai disiplin ilmu dan sebagai seni kedua hal itu saling mengisi. Tetapi yang pasti bahwa, sejarah memiliki metode yang berilmiah. Berjuta-juta fakta sejarah dapat dipastikan secara meyakinkan baik bagi awam maupun bagi para ahli.[4]



b.      Gambaram umum muara kubu
Muara Kubu terletak pada penghujung sungai kubu (sungai kapuas) desa dabong kecamatan kubu kabupaten kubu raya, semenjak terbentuknya suatau daerah kerajaan kubu yang berdekatan dengan laut lepas selat karimata.muara kubu sudah menjadi aset lalu lintas perairan. Sungai muara kubu yang menjadi penghubung antar  daerah yang ada di kalimantan. Ada bebrapa anak sungai penghubung yang berada di muara kubu menuju batu ampar, sukadana dan lain sebagainya, Dan muara ada sebuah peninggalan masa penjajahan jepang yaitu benteng-benteng pertahanan  yang di buat mnggunakan batu-batu dan di tatanya pada masa kerajaan kubu, yaitu ( Sayyidi Syarif Idrus bin Abdurahman Al-Idrus, guna menghalau serangan dari perompak laut (lanun) yang pada masa itu masih merajalela. Sejak benteng pertahanan tersebut dibangun dengan kokoh, mulailah orang menamakan kampung itu dengan sebutan tanjung batu yang berlaku hingga saat ini, muara kubu menjadi salah satu perkampungan di desa dabong kecamatan kubu kabupaten Kubu Raya. Dan Benteng pertahanan yang dibangun oleh para pengikut setia Syarif Idrus terbukti kuat.terbukti keberadaannya sampai saat ini.
Secara administrasi 1979 sudah ada penduduk yang tinggal di daerah muara kubu dan terbentuknya RT 06 yang di pimpin oleh pak namseng seorang saudagar yang datang ke muara kubu pada tahun 1968. Keadaan penduduk pada waktu itu masih belum begitu banyak yang mayoritas penduduk disana adalah nelayan.

Muara  kubu suatu perkampungan pesisir sungai kapuas yang terletak di penghujung sungai kapuas kubu raya tidakseperti masyarakat perkotaan pada umumnya. Salah satu warga disana yaitu pak arsad mahmud )wawancara 09-11-2016) mengatakan kepada penulis. Beginilah masyarakat pesisir. Tidak semuanya akan bisa merasa betah tinggal di daerah pesisir. Karena tantangannya lebih besar. Jika tidak bisa mengendalikan perahu. Maka kebanyakan dari penduduk sini akan pindah ke daerah lain. Dari sebab itulah penduduk muara kubu tidak pernah ramai.

Tahun 1972  pasca pengalian sungai baru muara kubu dan setelah pak namseng membakar limbah-limbah penggalian sungai baru tersebut, barulah banyak penduduk berdatangan dari berbagai daerah seperti padang tikar. Namu kedatangan mereka ke muara kubu hanya untuk bertani dan membuat pemukiman disana akan tetapi mereka masih belum mengakui masyarakat muara kubu. mereka masih masyarakat padang tikar.(ucap pak joko BPD dabong 09-11-2016 lalu). Memasuki tahun 2005 barulah terbentuk RT baru yaitu RT 07 yang dipimpin oleh pak rusadai saat ini.

Muara kubu adalah salah satu bagian dari desa dabong tepanya dusun selamet jaya yang mana penduduknya merujuk pada data desa yang di pegang oleh BPD Desa yaitu bapak joko, berjumlah 297 jiwa dengan jumlah 73 KK, jumlah laki-laki 147 jiwa dan perempuan berjumlah 150 jiwa. terdiri dari beberapa etnis dan suku. Yaitu islam 94% dan non muslim 6%. Yang masing-masing terbagi menjadi beberapa golongan suku melayu, jawa, cina, dayak dan madura(wawancara 08-11-2016.) Data diatas selaras dengan data yang ada pada RT 06 dan 07 yang ada di dusun selamet jaya. Bapak rosidi mengatakan bahwa mayoritas penduduk muara kubu 65% nelayan dan 35% bertani. Yang rata penduduk muara kubu berada di atas 35 tahun dan yang anak-anak masih berada di usia sekolah dasar dan menengah pertama.

Kubu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Kecamatan Kubu merupakan satu-satunya kecamatan yang memiliki keunikan tersendiri di Kabupaten Kubu Raya. Di kecamatan ini sebagaimana tercatat dalam sejarah pernah berdiri sebuah Kerajaan Kubu, yang terbukti hingga saat ini makam seorang pendirinya, Syarif Idrus bin Abdurrahman Al-Idrus yang menjadi raja kesultanan pada waktu itu masih tetap terjaga dan terawat sebagai salah satu potensi wisata ziarah yang ada di kabupaten termuda di Kalimantan barat saat ini.
Nama Kubu menurut catatan cerita rakyat adalah sebagai tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan benteng-benteng tersebut berada di muara kubu.
Kecamatan Kubu berawal pada sejarah Kerajaan Kubu ketika 45 penjelajah Arab yang berasal dari daerah Hadramaut Yaman di Selatan Jazirah Arab, yang mendapat perintah dari Guru Pengajiannya untuk menyebarkan Syariat Islam di lautan sebelah Timur (Asia). Salah seorang dari 45 pemuda Arab yang telah membuka lahan Perkampungan tersebut ialah seorang yang bernama Syarif Idrus Al-Idrus. Sayyidis Syarif Idrus bin Abdurahman Al-Idrus, lahir pada malam Kamis 17 Ramadhan 1144 H ( 1732 M ) dikampung Al-Raidhah terim ( Hadramaut ). Dia meninggalkan kampung halamannya dalam rangka Syiar agama Islam. Banyak negeri dan tempat yang dilalui dan disinggahi termasuk dikepulauan Nusantara hingga diriwayatkan akhirnya ia tiba menyusuri sepanjang sungai terentang ( dimuara pulau Bengah ), didaerah itulah dia berhasrat untuk menetap dan membuka perkampungan untuk itu permohonannya mendapat restu dari Sultan Ratu, Raja di Simpang ( Matan Kalimantan Barat ). Di situlah tahun 1182 H (1768 M) Dia dan beberapa orang anak buahnya yang berasal dari Hadramaut dan di Bantu oleh suku-suku Bugis dan Melayu membuka sebuah perkampungan yang sekarang telah diakui sebagai Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Indonesia.
Muara kubu merupakan bagian dari daerah dabong kecamatan kubu kabupaten kubu raya merupakan suatu wilayah yang mengandung sejarah penyeparan islam di kalimantan barat khususnya di daerah kubu. Muara kubu penulis mengatakan sebuah daerah pesisir yang berada di desa dabong merupakan kampung yang siap maju dan menerima aset penerangan di waktu malam. Berhubung dengan jarak yang begitu jauh dari desa, maka pemerinta setempat masih berusaha untuk memasukan listrik ke muara kubu. Salah satu perkampungan yang berada di pesisir kubu bisa menjadi aset wisata peistirahatan,perbelanjaan makanan untuk oleh-oleh bagi para pengguna aset jalur sungai yang menjadi salah satu sungai yang menghubungkan ke daerah lain. Seperti ke daerah sukadana, padang tikar, teluk batang dan lain sebagainya.
Muara kubu yang mempunya beberapa anak sungai yang bisa menghubungkan ke daerah lain, penulis beranggapan muara kubu bisa menjadi aset tempat peristirahatan dan pembelanjaan oleh-oleh. Namu itulah tadi  penulis mengatakan diatas bahwa aset listrik yang tidak terjangkau ke muara kubu sihingga di malam hari tampak gelap pemandangannya. Menurut salah satu warga yang penulis wawancarai (Pak namsong 71 tahun) beliau berkata suatu kampung pesisir yang berada di daerah Desa Dabong Dusun selamet jaya kecamatan kubu kabupaten Kubu Raya Kalimantan barat yang dulunya tidak berpenghuni, hanya menjadi sebuah aset jalur perekonomian dan jalur pelintasan untuk menuju satu daerah ke daerah lainnya,  dan perlintasan para orang-orang imigran juga para raja di zaman dahulu kala.
Nama asli muara kubu adalah dusun selamat jaya desa dabong atau nama sebutan masyarakat biasanya disebut dengan nama kuala kubu,yang di ambil dari kata muara dalam arti tempat bertemunya sungai yang ada di daerah kubu.menurut kamus KBBI kuala adalah tempat pertemuan sungai dengan sungai atau sungai dengan laut. Kubu sendiri di ambil dari komonitas atau sekumpulan masyarakat pada waktu itu yaitu pada masa kerajaan syarif idrus tepatnya di kraton kubu saat ini. ada juga yang mengatakan tanjung batu. Menurut bapak salim abu (wawancara 09-11-2016/ 07:26)
Ada juga yang mengatakan dari salah satu nelayan yang ada di muara kubu mengatakan bahwa muara kubu biasa di sebut dengan nama sebutan kuala kubu dengan alasan muara kubu ini adalah suatu penghujung sungai kubu yang berhadapan langsum dengan laut lepas di bagian selatan, atau muara bersama-sama dari beberapa aliran menjadi satu
Muara kubu ada juga yang mengatakan dengan sebutan tanjung batu karna jika di lihat dari bahasanya menurut KBBI tanjung mengandung arti tanah penghujung yang mengarah ke laut. menurut salah satu warga muara kubu yang sempat penulis wawancarai yaitu bapak joko,  mengatakan bahwa muara kubu dulunya di sebut dengan tanjung batu, karna di penghujung sungai tersebut ada peninggalan masa penjajahan belanda, yaitu bangunan benteng-benteng pertahanan yang berada di dasar air, tepatnya di penghujung sungai muara kubu guna untuk mengantisipasi sebuah serangan dari berbagai pihak pada masa itu, maka di sebutlah tanjung batu atau nama sekarang adalah muara kubu (wawancara 09-11-2016/19:30).
c.       Muara kubu di zaman dahulu
Kubu menurut pak joko BPD Dabong kendati telah berkali-kali mendapat serangan dari musuh, Keberadaan benteng tersebut justru membuat penduduk Kubu menjadi lengah. Mereka terlanjur sangat meyakini bahwa benteng perkampungan mereka tidak dapat ditembus oleh musuh yang sekuat apapun. Mereka tidak memperhitungkan lagi bahwa musuh tetap mencari cara untuk menerobos benteng hingga pada suatu ketika, terjadilah serbuan mendadak dari orang-orang Siak. Karena dalam kondisi yang tidak siap, pihak Kubu menjadi kocar-kacir karena serangan itu.Saat serbuan itu terjadi, Syarif Idrus yang sedang menunaikan ibadah shalat akhirnya tewas terbunuh. Atas kejadian tersebut, penduduk Kubu dan keturunannya bersumpah tidak akan menjalin kekerabatan, termasuk menikah dan dinikahi, dengan orang Siak beserta anak-cucunya. Kejadian penyerangan Kubu oleh Siak itu terjadi di penghujung abad ke-18, atau kira-kira pada tahun 1794 miladiyah.(wawancara 10-11-2016)
Benteng pertahanan ini masih cukup ampuh sampai saat ini. Menurut beberapa nelayan yaitu pak ependi 41 tahun warga mura kubu mengatakan jika air tengah surut atau di musim selatan benteng tersebut bisa di lihat dengan panca indra, bahkan bisa di dipijaki. Inilah awal mula mengapa tempat itu disebut dengan nama tanjung batu dan kemudian menjadi sebutan muara kubu dengan alasan karna sungai tersebut menjadi sungai penghujung di kubu dan mempunyai beberapa cabang sungai serta menujukan ke laut lepas selat karimata dan meninggalkan sebuah peninggalan di zaman belanda yaitu batu benteng pertahana. Di Kubu ini sayyid idrus dinobatkan menjadi Raja Pertama pada tahun 1775 M dan bergelar Tuan Besar Raja Kubu, yang mana kelak bekas Istana tersebut didirikan Masjid Raya sekarang. dalam sejarah dikatakan bahwa masuknya islam melalui selat karimata seperti yang dikatakan para sejarawan terdahulu. Sahzaman berpendapat bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat melalui selat Karimata menuju kerajaan Tanjungpura yang memang sudah ada sejak abad ke XIII. Kerajaan Sambas pada masa Raden Sulaiman  putra Raja Tengah dari kerajaan Brunai  (Ajisman 1998:24).
Dengan adanya sebuah teori dari ajisman, penulis merumuskan dengan landasan pendapat dari warga setempat yaitu bapak joko selaku BPD dabong mengatakan, bahwa pada masa itu kehidupan di dabong dan sekitarnya sudah ada dari zaman kerajaan, sebab masuknya sultan idrus ke kubu karena terdampar di benua daong,(benua dabong sebutan masa kerajaan).dan selama satu tahun sultan idrus bermukim di benuah dabong di wilayah penggawa dabong yaitu jeragan shaleh atau nama aslinya muhammad saleh. Setelah setahun kemudian sayyid idrus berpamitan kepada penggawa dabong untuk bisa masuk ke daerah kubu yang mana pada waktu itu masih belum ada kerajaan kubu. Setelah berpamitan ke penggawa dabong, penggawa dabong lalu menembakkan meriam yang berisi peluru untuk menentukan wilayah yang harus di tempati oleh sayyid idru, maka dengan tembakan itu jatuhlah peluru meriam tersebut di sungai mak meriam. Dan kemudian sayyid idrus mengunjungi ke lokasi tersebut, setelah beberapa hari kemudian keberadaan sayyid idrus di sungai mak meriam tidak bisa betah tidak tahu alasannya bagaimana. Lalu sayyid idrus pergi pamitan kembali ke penggawa dabong untuk masuk lebih dalam lagi dan penggawa dabong mengijini pamitan sayyid idrus. Maka pindahlah sayyid idrus dengan melewati sungai muara kubu di tempat yang baru, yaitu tempat yang menjadi sorotan sejarawan muslim borneo yaitu wilayah kubu.(wawancara 10-11-2016).
Dengan adanya beberapa agrumentasi yang akurat dapat di pastikan muara kubu sudah ada sejak zama kerajaan, dan berlangsum pada zaman penjajahan belanda dan jepang. Sehingga sampai saat ini muara kubu menjadi salah satu wilayah pesisir sungai kapuas yang di miliki oleh desa dabong kecamatan kubu kabupaten kubu raya yang melalui atministrasi kenegaraan pada tahun 1997 masehi.
Muara kubu pada masa kerajaan muara kubu sudah di huni oleh masyarakat zaman dahulu, tepatnya  di kampung keda masih darah muara kubu yang letaknya di bagian anak sungai muara kubu yaitu sungai keda masuk simpang sungai wangi. Beberapa nelayan mengatakan salah satunya pak namsong 41 tahun penduduk muarakubu yang paling pertama datang pasca orde kemardekaan indonesian tahun 1965 M mengatakan bahwa perkampungan itu sudah berada sejak zaman dahulu, sebelum saya masuk ke muara kubu kampung itu sudah ada (wawancara pak namsong 09-11-2916).

Kampung keda mempunyai peninggalan-peninggalan bersejarah islam diantaranya yang pernah di temui oleh sebagian masyarakat yang pernah memasuki kawasan tersebut seperti kang sri mmenemukan sebuah surau yang kondisinya sudah roboh hanya tetingga satu tiang yang berdiri saja waktu 20 tahun yang silam (wawancara kang sri 11-11-2016).

Salah satu warga muara kubu yaitu pak arsad mahmud ketua masjid muara kubu sekarang, juga mengatakan kalau perkampungan keda itu berdiri sejak masa pejajahan belanda dan masih dalam masa kerajaan kubu pada saat itu. (waancara pak arsad mahmud 09-11-2916).

Penulis menarik sebuah kesimpulan dari data-data wawancara yang diterima dari warga setempat, bahwa muara kubu sejak zaman dahulu sudah terbentuk sebuah perkampungan.yang masih belum teradministrasi kenegaraan masih dalam bentuk administrasi kerajaan kubu.

Pada masa kerajaan kesultana syyid abdurrahman al-idrus raja kubu. Muara kubu sudah menjadi pemukiman masyarakat kampung keda, selain kampung keda muara kubu adalah salah satu daerah peperangan antar kerajaan yang pernah di tempati kerajaan siak untuk tempat peristirahatan mereka dan mengatur strategi untuk bisa merebut wilayah yang mereka inginkan. Menurut salah sattu warga. raja siak beserta prajuritnya pernah menempati suatu tempat yang berada di penghujung sungai muara kubu yang berbentu liter U. Maka sebelum penghujung sungai tersebut di beri nama tanjung liak-liak. Dengan alasan dahulu kawasan itu pernah di tempati oleh kerajaan siak dan para prajurutnya.(wawancara kang sri 11-11-2016)
Kemakmuran permukiman yang didirikan oleh Syarif Idrus di tepi Sungai Kapuas Kecil kubu ternyata memancing niat buruk gerombolan perompak (lanun) untuk menjarahnya. Beberapa kali perkampungan Syarif Idrus menjadi korban keganasan para bajak laut sehingga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Syarif Idrus kemudian memutuskan kebijakan untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah di pinggir anak Sungai Kapuas Besar (dikenal juga dengan nama Sungai Terentang) dan membuat sistem pertahanan yang lebih kuat sebagai langkah untuk mengantisipasi serangan dari luar. Kubu pertahanan dibuat dengan cara menimbun sungai dengan batu agar tidak dapat dicapai oleh musuh.
Sejak benteng pertahanan tersebut dibangun dengan kokoh, mulailah orang menamakan kampung itu dengan sebutan Kubu yang berlaku hingga saat ini menjadi salah satu Kecamatan pada Kabupaten Kubu Raya. Benteng pertahanan yang dibangun oleh para pengikut setia Syarif Idrus terbukti kuat. Kendati telah berkali-kali mendapat serangan dari musuh, tapi benteng-benteng pertahanan ini masih cukup ampuh menahannya. Inilah awal mula mengapa tempat itu disebut dengan nama Kubu dan kemudian menjadi Kesultanan Kubu.
Kedigdayaan benteng tersebut justru membuat penduduk Kubu menjadi lengah. Mereka terlanjur sangat meyakini bahwa benteng perkampungan mereka tidak dapat ditembus oleh musuh yang sekuat apapun. Mereka tidak memperhitungkan lagi bahwa musuh tetap mencari akal untuk menerobos benteng hinggapada suatu ketika, terjadilah serbuan mendadak dari orang-orang Siak. Karena dalam kondisi yang tidak siap, pihak Kubu menjadi kocar-kacir karena serangan itu.
Saat serbuan itu terjadi, Syarif Idrus yang sedang menunaikan ibadah shalat akhirnya tewas terbunuh. Atas kejadian tersebut, penduduk Kubu dan keturunannya bersumpah tidak akan menjalin kekerabatan, termasuk menikah dan dinikahi, dengan dan oleh orang Siak beserta anak-cucunya. Kejadian penyerangan Kubu oleh Siak itu pada tahun 1795.
Sebelum Syarif Idrus gugur akibat serangan dari orang-orang Siak pada tahun 1795, raja pertama Kesultanan Kubu ini ternyata telah menandatangani kontrak politik dengan Belanda. Sejak itu, jalannya sistem pemerintahan Kesultanan Kubu berada di bawah hegemoni Belanda karena secara turun-temurun, sultan-sultan yang berkuasa di Kesultanan Kubu selalu bersedia mengadakan kesepakatan dengan Belanda.
Dalam catatan sejarah kaum kerabat Kerajaan Kubu keturunan Alawiyyin ber-fam Alaydrus dan orang-orang Kubu pada umumnya, nama Tengku Akil juga dikenal karena pernah terjadinya konflik akibat suatu ekspedisi yang dipimpin Tengku Akil dari Siak, atas perintah dari Belanda. Akibat konflik ini, Yang Dipertuan Besar Kubu Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus menemui ajalnya pada tahun 1795 M, terbunuh ketika sedang shalat Subuh. Konflik dengan rombongan Siak dibawah pimpinan Tengku Akil inilah konon yang membuat sumpah Raja Kubu yang menyatakan mengharamkan anak keturunannya menikah dengan orang-orang Siak.
  1. Tempat terdamparnya para mayat di sungai muara kubu
Pada masa kerajaan dan di masa penjajahan belanda di indonesia salah satu tempat bersejarah di berbagai daerah ialah sungai muara kubu. Pada masa itu konon menurut pak joko BPD Dabong, muara kubu adalah tempat terdamparnya para mayat peperangan antar kerajaan tanjungpura dan kerajaan siak. Mayat-mayat tersebut ada yang di makamkan di sungai kubur besar dan ada yang di makamkan di sungai keda. Hasil observasi penulis mengungkapkan pendapat pak joko tersebut ialah mengunjungi salah satu makam-makam tua yang berada di tepian sungai kubur muara kubu. Terlihat bahwa makam tersebut adalah makam di zaman dahulu dengan melihat kondisi makam yang terbuat dari kayu beliyan dan batu pahat. Dokumentasi observasi penulis membuktikan keberadaan makam tersebut sampai saat ini.
Makam yang terbuat dari batu pahat biasanya makam pada masa kerajaan dan kualitas kayu beliyan yang unik pada makam tersebut memberi pertanda bahwa makam tersebut makam di zaman kerajaan. Makam-makam tersebut saat ini sudah bnya runtuh ke dasar air di sebabkan abrasi sungai yang sering di lintasi oleh para pengguna jalan transpor air.
  1. Sungan asal muara kubu dan sungai baru muara kubu
Pada suatu daerah biasanya ada suatau perubahan wilayah seperti pembangunan jalan, jembatan, dan perubahan lainnya untuk kemajuan suatu daerah itu sendiri. Kubu raya adalah salah satu kabupaten termuda di provensi kalimantan barat, banya perubahan yang masih harus di perbaiki bahkan di buat bangung baru untuk kemajuan daerah kubu raya sendiri, di antara salah satunya adalah jalur transportasi air.
Jalur transportasi air di muara kubu adalah salah satu jalur yang bisa menghubungkan ke berbagai daerah, seperti ke sukadana, batu ampar ,padang tikar, sampit, dan daerah lainnya. Mura kubu adalah pintu gerbang jalur transportasi air yang dimiliki oleh kubu raya. Alur sungai muara kubu begitu extrim yaitu sungai yang berbentuk liter U, tampak pada peta sungai muara kubu yang penulis pegang dokunemtasinya saat ini. Menurut salah satu warga tertua di muara kubu yaitu pak namsong mengatakan banyak kejadian-kejadian kapal yang saling bertabrakan di sungai tersebut. Bahkan sungai tersebut yang paling membawa bahaya para pengguna transpor air. Sehungga pada tahun 1979 masehi. Pada pemerintaha suharto di buatlah suatu sunga baru guna untuk mengantisipasi kecelakaan. Dan dengan adanya sungai baru tersebut jalur transportasi air terasa lebih cepat, karena jalurnya lurus dan tidak seperti liter U- lagi, sunagi asal itu masih ada dan tidak lagi di gunakan oleh para pengguna jalur transportasi air, bahkan sungai asal tersebut menjadi salah satu tempat pencarian udang galah oleh sebagian masyarakat setempat.
d.      Peninggalan sejarah di muara kubu
1.      Benteng-benteng pertahan di muara kubu.
Setiap suatau daerah di mana pun itu tempatnya pasti ada salah satu benda atau peninggalan sejarah masa lalu, baik itu peninggalan yang bersifat pribadi (benda keturunan) maupun itu benda yang bersifat umum seperti peninggalan masa penjajahan dan masa kerajaan.
Indonesia yang dulunya menjadi tempat penjajahan belanda dan jepang minggalkan sebuah sejarah yang tidak mungakin di lupakan oleh masyarakat indonesia. Peninggala-peninggalan itu masih banyak di temuai oleh rakyat indonesia. Peninggalan-peninggalan di masa penjajahan sudah banyak di temui di wilayah kalimantan barat Salah satu diantara peninggalan sejarah yang berada di muara kubu, salah satunya adalah peninggalan di masa penjajahan belanda, yaitu benteng-benteng atau batu-batu yang tumpuk di dasaran sungai sampai di dalam sungai, guna untuk membuat pertahan pada masa itu.
Kontrak politik yang dibuat Belanda itu berisi hampir sama dengan kontrak politik serupa antara Belanda dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Kalimantan Barat. Beberapa poin terpenting dalam perjanjian itu antara lain pihak Kesultanan dan Belanda mengatur sistem pemerintahan dan mempertahankan Kesultanan bersama-sama. jika Sultan wafat, pihak Kesultanan boleh mengajukan calon Sultan kepada Belanda, sementara yang berhak mengangkat Sultan secara resmi adalah pihak Belanda. Sultan mengangkat para menteri harus dengan sepengetahuan pihak Belanda. Sultan hanya boleh membangun benteng atas persetujuan pihak Belanda. Sebaliknya, apabila Belanda hendak mendirikan benteng, Sultan harus mengizinkan dan membantu pelaksanaan pembangunan benteng Belanda tersebut.
Berikutnya, apabila ada tentara/pegawai Belanda yang lari kepada Sultan, Sultan harus menyerahkannya kembali kepada pihak Belanda. mata uang Belanda yang berlaku di Batavia juga diberlakukan di wilayah Kesultanan; Sultan tidak diharuskan memungut cukai kepada pihak Belanda, harga jual atas hasil hutan dan hasil bumi di wilayah Kesultanan ditentukan oleh pihak Belanda, bila terjadi serangan dari luar, pihak Belanda akan membantu Sultan. Sultan dan daerah bawahannya wajib membantu Belanda terhadap serangan musuh yang datang dari darat dan laut dan Sultan dihimbau agar mengadakan upacara sebagai bentuk kesetiaan kepada Belanda (Hasanudin & Budi Kristanto, dalam Humaniora, No.1/2001).
Pada tahun 1910, pemerintah kolonial Hindia Belanda mendirikan Bestuur Commite, sebuah lembaga pemerintahan untuk mengawasi jalannya pemerintahan Kesultanan Kubu. Syarif Kasimin, salah seorang kerabat Kesultanan Kubu, diangkat oleh Belanda untuk memimpin Bestuur Commite. Belanda juga mengangkat seorang abdi setia bernama Syarif Shaleh untuk ikut mengurusi lembaga bentukan kolonial itu.
Pemerintahan Kesultanan Kubu juga memiliki lembaga internal yang dinamakan Dewan Kesultanan. Anggota-anggota dari lembaga ini adalah orang-orang yang berasal dari keluarga Kesultanan Kubu. Fungsi Dewan Kesultanan adalah sebagai penasihat kesultanan dan mampu mempengaruhi kebijakan Sultan meski keputusan akhir masih tetap berada di tangan Sultan. Dewan Kesultanan juga dapat memainkan perannya ketika terjadi pemilihan kandidat calon Sultan sebelum diserahkan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Setelah era penjajahan Belanda dan Jepang berakhir, wilayah Kesultanan Kubu dijadikan sebagai wilayah Self Bestuur (kurang lebih setara dengan daerah otonomi) sejak tahun 1949-1958. Pada tahun 1958 itulah riwayat Kesultanan Kubu berakhir dan menggabungkan diri sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kota Kubu kemudian menjadi ibukota Kecamatan Kubu, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat
Dipersimpangan muara kubu ada tiga buah anak sungai dan tepatnya du sungai muara kubu dibuatlah benteng-benteng guna menghalau serangan dari perompak laut (lanun) yang pada masa itu masih merajalela. Perkampungan yang dibuka kemudian berkembang menjadi negeri yang kemudian diberi nama Kubu Kecamatan Kubu. Di Kubu ini dia dinobatkan menjadi Raja Pertama pada tahun 1775 M dan bergelar Tuan Besar Raja Kubu, yang mana kelak bekas Istana tersebut didirikan Masjid Raya sekarang.
Di muara kubu peninggalan benteng-benteng itu masih ada sampai sekarang tepatnya di penghujung sungai muara kubu, yang mana disana ada sebuah benteng buatan belanda yang sampai saat ini masih ada. Salah satu nelayan sebut saja bapak rudi, mengatakan jika pada musim selatan atau musim kemarau tepatnya biasa di bulan april sampai agustus, benteng-benteng itu bisa kita lalui dengan kaki atau di pijaknya. Sehingga membuat penulis penasaran dengan sebuah peninggalan jeppan. Dan pada akhirnya penulis memutuskan untuk mengambil batu benteng tersebut bersama bapak nasir, guna meyakinkan dan memastikan peninggalan tersebut masih ada sampai saat ini. Dan batu benteng tersebut penulis ambil dari dasaran sungai dan di bawa pulang untuk di jadikan sebuah bukti nyata bahwa peninggalan belanda masih ada di muara kubu yaitu batu benteng yang di bangun di dasaran sungai.
Peninggalan lainnya yang penulis temukan yaitu Makam-makam tua yang tidak di kenal oleh masyarakat disana yaitu makam tua yang berada di tepian sungai muara kubu. Konon makam itu menutut salah satu warga yaitu bapak arsad mahmud dan warga lainnya mengatakan, di tempat itu ada ratusan makam tua yang ada di sana, tidak di ketahui dari mana asalnya makam-makam tersebut. Kondisi makam tersebut yang penulis ketahui setelah obsevasi bersama salah satu warga pada hari kamis jam 16:45 WIB Sangat miris sekali keadaannya dan tidak terawat bahkan jika musim selatan atau kemarau banyak makam-makam kuno dan batu nisannya terdampar di pinggiran sungai dan peti-peti mayat itu nampak jelas dengan panca indra . peti-peti mayat itu keluar akibat abrasi air sungai yang sering di laluli oleh kapal-kapal dari berbagai daerah yang lewat di lokasi sungai tersebut.
Pernah suatu hari menurut warga setempat yang pekerjaannya nelayan sebut saja bapak  ependi 41 tahun mengatakan dahulu ketika saya sedang menjala udang di lokasi tersebut pernah mendapatkan tulang tangan mayat lengkap dengan tulang jarinya. penulis menanyakan kembali lantas kemana tulang tersebut.? Bapak tersebut mengatakan ya.. saya kubur lagi di daerah tersebut jawab pak ependi. Melalui hasil observasi penulis yang di dokumentasikan sampai saat ini, uniknya batu nisan tersebut bukan batu nisan buatan di masa sekarang . Dari segi bentuknya bisa jadi batu nisan tersebut batu nisan buatan sekarang jika di lihat dari modelnya, akan tetapi batu nisan yang ada pada makan tersebut ada yang terbuat dari batu pahat, yang mana batu nisan yang terbuat dari batu pahat terbukti batu nisan di masa kuno bisa jadi di masa penjajahan atau di masa kerajaan. Dan ada satu batu nisan lagi yang berwana merah terbuat dari kayu belian dengan model batu nisan milik dari masa kerajaan.(wawancara 10-11-2916)
2.      Kapung keda Kampung meninggalkan sejarah masa lalu di muara kubu.
Salah satu peninggalan sejarah muara kubu adalah salah satu perkampungan yang tidak perpenghuni saat ini, yaitu kampung keda. Kapung tersebut adalah suatu perkampungan masyarakat pada masa kerajaan kubu, tepatnya kampung tersebut berada di tepian sungai lama muara kubu. Konon menurut sala satu masyarakat, muara kubu sebut saja pak namsong 71 tahun mengatakan kampung tersebut memang suatu perkampungan dari zaman dahulu yang mana saat ini perkampungan tersebut tidak lagi berpenghuni. (wawancra 09-11-2016 / 09:30).
Masih ada peninggalan sejarah masa lalu di muara kubu yaitu peninggalan makam kuno selain makam yang di pinggiran sungai muara kubu. Yaitu makam yang berada di pulau telok sinting di pulau seberang perkampungan muara kubu saat ini. Salah satu warga disana yaitu nenek asma mengatakan, dahulu pernah menemukan satu makam yang berada di pulau telok sinting yang mana penemuan itu pada saat pencarian napkah. Pada saat mencari kepah. Nenek asma 63 tahun mengatakan bahwa makam itu masih ada di daratan pulau telok sinting tersebut, namun untuk menemukannya terkadang di waktu kebetulan saja.
Salah  satu warga lainnya mengatakan (pak ependi 41 tahun) bahwa dia juga pernah menemukan makam tersebut pada waktu memanen bubuk kepiting yang mereka pasang di daerah tersebut. Salah satu tanda-tanda dalam penemuan tersebut belau mengatakan biasanya ada hujan panas dan cuaca berubah sedemikian mungakin, baru kita bisa menemukan makam tersebut.
Ibu sa’diah 70 tahun mengatakan pernah juga menemukan makam tersebut pada saat pengambilan daun nipah untuk pembuata atap daun. Ibu sa’diah mengatakan ciri-ciri makam tersebut berada di tengah pulau telok sinting dan kondisi makamnya tiga tingkat, dan batu nisannya warnah putih, yang tidak terawat. Ada juga nelayan yang mengatakan sebut saja pak ependi 41 tahun. Bahwa pada posisi kampung keda yang berada di telok sinting terkadang sering memancarkan cahaya biru yang memancar ke atas, dan tidak semua orang yang bisa melihatnya, terkadang hanya di waktu-waktu tertentu saja cahaya itu muncul.kemunculan cahaya tersebut tepat di lokasi makam yang masih mengandung misteri sampai saat ini. Kemunculan cahaya itu biasanya muncul pada malam selasa dan malam jum’at, dan makam yang mengandung misteri sampai saat ini tidak semua orang bisa menemukan posisi yang tepat dimana letak makam tersebut berada. Terkadang ada dan terkadang ketika mau di lihatnya lagi makam itu tidak ada.
Penulis berusaha untuk bisa kesana dengan wagra setempat, namun ada beberapa kendala, yaitu pulau itu sudah hutan rimba, dan sulit untuk mencari jalan untuk menelusuri ke dalam pulau tersebut. Sempat menjadi pemikiran baru penulis mengatatakan bahwa dahulu dimasa kerajaan pernah terjadi suatu pertempuran kerajaan tanjungpura dengan kerajaan siak,(wawancara pak joko 09-11-2016) dan pentempuran tersebut berada di muara kubu, berdekatan dengan kampung keda yang mengandung misteri sampai saat ini, dengan keberadaan makam kuno yang belum di ketahui keberadaannya. Penulis berkesimpulan bahwa makam tersebut adalah salah satu makam peninggalan di masa kerajaan. Tidak di ketahui dengan pasti makam makam tersebut adalah makam para  panglima perang atau makam dari seorang raja. Ataupun makam para pahlawan antara kerajaan tanjungpura dan kerajaan siak .
 Menurut yusmadi 37 tahun salah satu warga muara kubu mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam dari kerajaan siak di waktu penyerangan ke keraton kubu pada waktu itu, dan tidak bisa di pastikan bahwa makam tersebut adalah makam dari teungku akil purta raja siak yang di bawa belanda untuk mengisi kekosongan pemerintahanya pada waktu itu. Atau bisa jadi makam dari panglima-panglima dari tengku akil tersebut. Pak yusmadi 37 tahun tersebut mengatakan tidak semua orang yang bisa menemukan makam tersebut ciri-cirinya menurut pak yusmadi jika kita mao ketemu makam tersebut biasanya ada hujan panas sebelum ketemu makam tersebut. Anehnya makam tersebut sampai saat ini belum di pastikan posisi makam tersebut di sebelah mana, akan tetapi menurut pak yusmadi makam tersebut di apet oleh bambu kining dan bambu hijau di samping-samping makam tersebut.
Yang masih perlu ditelusuri Tengku Akil, dalam catatan orang Sukadana dikatakan sebagai cucu Raja/Sultan Yahya, sengaja dibawa Belanda yang bermaksud menggantikan Sultan Muhammad Jamaluddin di Sukadana. Tengku Akil akhirnya dapat menduduki dan memerintah Sukadana bergelar Raja Tengku Akil Dipertuansyah (1827). Sukadana Baru inipun lebih dikenal dengan nama Nieuw Broesseol oleh orang belanda.
Jika menelisik nama Sultan Yahya, maka dalam urutan Sultan Siak, Sultan Yahya adalah Sultan ke-enam yang memerintah tahun 1782-1784. Sedangkan dalam Syair Siak Sri Indrapura Dar As-Salam Al-Qiyam tertulis nama Tengku Akil sebagai anak ketiga dari Sultan Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1776-1780). Tertulis pula Tengku Akil adalah adik daripada Tengku Muhammad Ali tertua Putra Mahkota Siak Sri Indrapura yang kemudian setelah dinobatkan menjadi Raja bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) atau Sultan Siak-kelima.Setelah masa Sultan Yahya, yang memerintah Siak adalah Dinasti Sayyid atau Ba'alawi, keturunan dari Sayyid Syarif Utsman yang menikah dengan Embun Badariah, Puteri dari Sultan Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, atau kakaknya dari Tengku Akil.
Dalam catatan orang Belitong, Tengku Akil awal mulanya bekerja untuk Inggris, kemudian bekerja untuk Belanda. Tahun 1813, Inggris oleh Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan Jendral Giullespie menguasai Palembang, terus Mayor W. Robinson meduduki Bangka kemudian mengutus Tengku Akil dari Siak guna menguasai Belitung. Tengku Akil mendapat perlawanan, dalam pertempuran itu Depati KA Hatam tewas dengan kepala terpotong atau terkerat. Anak KA Hatam yang masih berusia muda, KA Rahad dan beberapa saudaranya yang lain berhasil diselamatkan sepupunya KA Luso. KA luso dan orang-orang berhasil mengusir Tengku Akil hingga Tengku Akil lari ke bersembunyi di Pulau Lepar dan kemudian tahun 1820 Tengku Akil menjadi kaki tangan Belanda di Bangka tapi mendapat perlawanan pula oleh Demang Singa Yuda dan Juragan Selan hingga perahu dan pasukannya ditenggelamkan.
Sedangkan dalam catatan sejarah kaum kerabat Kerajaan Kubu keturunan Alawiyyin ber-fam Alaydrus dan orang-orang Kubu pada umumnya, nama Tengku Akil juga dikenal karena pernah terjadinya konflik akibat suatu ekspedisi yang dipimpin Tengku Akil dari Siak, atas perintah dari Belanda. Akibat konflik ini, Yang Dipertuan Besar Kubu Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus menemui ajalnya pada tahun 1794 M, terbunuh ketika sedang shalat Subuh. Konflik dengan rombongan Siak dibawah pimpinan Tengku Akil inilah konon yang membuat sumpah Raja Kubu yang menyatakan mengharamkan anak keturunannya menikah dengan orang-orang Siak.
Boleh jadi Tengku Akil yang berkelana menyerang Belitong, Bangka, Negeri Kubu dan menjadi Raja di Negeri Sukadana adalah Tengku Akil yang sama, jika menilik tahun-tahun terjadinya penyerangan Belitong, Bangka dan pendudukan Sukadana.Dan, yang memang perlu dikaji lagi, siapakah orang tua dari Tengku Akil yang selalu disebut Tengku Akil Siak ini?! Apakah Tengku Akil itu cucu Sultan Yahya atau anaknya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.Yang pasti, di Sukadana terdapat banyak peninggalan dari trah Tengku Akil yang pernah memerintah Sukadana. Di Pulau Karimata, terdapat pula makam Tengku Abdul Jalil, yang juga kerabat turunan dari Tengku Akil Siak ini.Jadi, pengembaraan Tengku Akil ini memang bikin heboh negeri serantau dari Sumatera dia tak boleh bertahta, maka digeruninya Belitong, Bangka, Kubu hingga Sukadana.
Lokasi makam yang mengandung misteri ke baradaannya sering kali di jumpai oleh mayoritas masyarakat muara kubu yang statusnya nelayan bubuk kepiting. Dan lokasi makam tersebut berada di daratan pulau sinting di kawasan sungai keda. kampung keda adalah kampung yang meniggalkan sejarah,  di sungai keda ada anak sungai yang namanya sungai simpang wangi. Sungai simpang wangi adalah anak sungai yang unik, yaitu apabila seseorang memasuki kawasan sungai tersebut pasti mencium bahu wewangian-wewangian seprti bauh daun pandang, bunga melati dan lain sebagainya. Sempat salah satu warga yang statusnya nelayan yang sering menjumpai makam tersebut yaitu pak ependi 41 tahun, pernah memotretnya, namun hasilnya tidak dapat di ambil gambarnya melalui kamera henponnya, akan tetapi kalau di lihat dengan panca indra makam tersebut bisa di lihatnya.ucap pak ependi 41 tahun. (wawancara 10-11-2016)
Peradaban  peneyebaran islam di kalimantan barat.kendati telah di ketahui beberapa peninggalan sejarah penyebaran islam di muara kubu. Seperti peninggalan-peninggalan benteng-benteng pertahan kelautan di priode masa penjajahan belanda yaitu suatau benteng yang di bangun oleh prajurit belanda dan rakyat kerajaan kubu di priodenya sulta syarif idrus di pintu masuk sungai menuju kubu yang masih tertinggal sampai saat ini,
Muara kubu yang merupakan aset bersejarah di peradaban islam di kalimantan barat tidak terlepas dari cerita yang sedikit menarik perhatian penulis,  seperti yang dikatakan bapak ependi 41 tahun dan warga lainnya. bahwa dahulu ada sebuah musafir yang berlayar untuk menyebarkan islam di kalimantan barat khususnya di wilayah kubu, dikatakan kapal layar beliau beserta rombongannya pernah melintas di perairan sungai muara kubu tepatnya di penghujun sungai kubu  menuju kubu. Selain sungai muara kubu mempunyai benyak sejarah. Sengai tersebut menjadi aset wilayah alur taransportasi air untuk menuju ke berbagai daerah yang berdekatan dengan kubu..
Penulis sampai saat ini  sempat bertanya-tanya bahkan sempat berpikir dengan mengkroscek zaman sejarah masuknya islam ke kecamatan kubu yang di bawa oleh Syarif Idrus bin Abdurahman Al-Idrus 1772-1795 seorang ulama’ besar yang berasal dari hadramaut yaman, seorang musafir yang jauh-jauh dari hadramaut yaman untuk menyebarkan islam di benua asia bagian timur. yang mana sejarawan terdahulu mengatakan syarif idrus adalah orang pertama yang di angkat menjadi raja di kerajaan kubu, hal ini terbukti dengan adanya sungai muara kubu yang menghubungkan antar daerah di wilayah kalimantan barat. Muara kubu yang sampai saat ini masih terawat dengan baik, dan bekas peninggalannya masih berada di daerah tersebut. keberadaan di dalam air sana tepatnya yaitu benteng-benteng di masa penjajahan belanda yang berada di muara kubu, dan sungai muara kubu yang menjadi perlintasan sayarif idrus untuk menuju kubu.
e.       Muara kubu di zaman modern
1.      Masa Pra Administrasi Negara
Pada masa pra administrasi negara untuk menjadi suatu keutuhn NKRI dari berbagai wilayah harus melewati masa-masa administrasi daerah. Namun sebelum masa administrasi daerah, muara kubu telah lebih dahulu di tempati oleh masyarakat yaitu pak namsong 71 tahun. Pak namsong pada tahun 1965 M sudah memasuki wilayah kubu dan muara kubu menurut pak namsih masih kosong tidak ada penghuninya. Setelah dua tahun kemudia yaitu pada tahun 1967  M  pak namsong pergi ke muara kubu dari kubu hanya untuk mukat ikan dan udang pada waktu itu, selama satu tahun pak namsong masih pulang pergi dari kubu ke muara kubu untuk mencari penghasilan laut. Karena merasa bosan harus pulabg pergi dari kubu ke kuara kubu pada akhirnya pak namsong membuat gubuk kecil di pinggiran muara kubu untuk tempat tinggalnya yaitu pada tahun 1968 M.
Di pertengahan tahun 1968 datanglah seorang saudagar kaya cina yang bernama namseng bersama bapak dari pak namsong untuk usaha bisnis bi pesisir muara kubu. Dan pada tahun 1970 kemudian pak namseng membangun sebuah toko kayu dan penampungan halil laut dari berbagai daerah. Dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1972 ada pekerjaan proyek besar di muara kubu yaitu penggalian sungai baru untuk membbuat jalur transportasi air lebih dekat. Dan tidak melalui sungai lama yaitu sungai yang berbentu liter U, tersebut.
Saudagar cina yang terpandang hidupnya pada waktu itu sehingga bisa di datangi oleh seorang jendral dari banjar masin memakai hellikopter dan helli tersebut mendarat di rumah belakang pak namseng. Dan lapangan helli tersebut berada di bekas sekolahan dasar muara kubu yang pada waktu itu masih sekolahan swadaya masyarakat. Selama perjalanan hidup pak namseng bnyak orang-orang yang mengadu nasib dengan pak namseng pada waktu itu dengan cara menjadi buru atau kuli pak namseng. Maka penduduk disana sedikit demi sedikit sudah mulai ada.
2.      Masa administrasi
Suatu daerah bisa dikatakan menjadi daerah yang bisa di akui negara ata provensi yaitu harus melalui adminstrasi daerah. Muara kubu adalah suatau daerah yang memulai administrasi ke daerahannya sejak tahun 1968 M. Dan Pak namseng salah satu pembuka daerah pertama di muara kubu dan menjadi Pak RT 06 dari desa dabong di muara kubu pada saat itu.
Muara kubu pada tahun 1968 masih dalam keadaan kosonh di katakan tidak berpenghuni, ada pnghuninya namun sediki, yaitu pak namseng beserta para kuli-kulinya. Pada tahun 1968 kehidupan di muara kubu hanya sebatas tempat untuk mencari napkah bagi ara kuli pak namseng, dan tempat bisnis pak namseng pada saat itu.
Pada tahun 1972 pada masa pemerintahan suharto. Muara kubu di gencarkan oleh proyek besar, yaitu penggalian atau pembuatan sungai baru tepatnya di sungai yang bentuknya liter U, dan di gali untuk mengambil jalan tengahnya agar bisa menempuh dengan jarak yang lebih cepat dari pada lewat di sungai yang liter U tersebut. Konon menurut pak namong 71 tahun orang pertama di muara kubu. Mengatakan sebelum sungai itu di gali, pada waktu itu banya kapal-kapal bertabrakan di tikungan tajam sungai titer U, tersebut. Maka dari itu demi kelancaran arus transportasi air guna menghindari kecelakaan yang sering terjadi maka inisiatip warga di buatlah sungai baru tersebut pada masa pemerintahan suharto dengan mendatangkan alat-alat berat dari luar negri.
Limbah, penggalian sungai tersebut di buang pada tepian sungai baru yang pada waktu itu tidak berpenghuni. Setelah penggalian tersebut selesai beberapa tahun kemudian di bakarlah lahan limbah bekas penggalian itu oleh pak namseng sehingga menjadi tempat yang lapang dan tidak lama kemudian pada tahun 1992 datang lah penduduk dari luar daerah seperti dari batu ampar, padang tikar, teluk pakedai dan lain sebagainya guna untuk berkebun di tempat yang pak namseng bakarnya, dan mulailah di tempat tersebut satu persatu di bangun sebuah pemukiman oleh warga pendatang.
Dalam catatan sejarah masyarakat muara kubu di katakan oleh pak ersad mahmud, orang yang pertama kali datang ke muara kubu pada tahun 1992 yaitu pak H, saidi. Beliau adalah orang pertama yang datang di muara kubu pada tahun itu.(wawancara 09-11-2016). Sempat penulis menemui pak H.Saidi di pemukiman kebunnya dengan jarak tempuh sekitar 1 KM perjalanan kaki. Dan mewawancarai beliau (wawancara 10-11-2016) memang betul beliau mengaku pada tahun 1992 beliau datang ke muara kubu hanya untuk bertani dan mencari hasil laut. Dan pada tahun selanjutnya muara kubu yang di pandang oleh para orang-orang menpunyai bnya potensi lahan dan hasil lautnya, maka dari situlah kebanyakan orang-orang datang dari bermacam penjuru daerah ke muara kubu dan bermukim disana, sampai saat ini Muara kubu adalah salah satu bagian dari desa dabong tepanya dusun slamet jaya yang mana penduduknya merujuk pada data desa yang di pegang oleh BPD Desa yaitu bapak joko, berjumlah 297 jiwa dengan jumlah 73 KK, jumlah laki-laki 147 jiwa dan perempuan berjumlah 150 jiwa. terdiri dari beberapa etnis dan suku. Yaitu islam 94% dan non muslim 6%. Yang masing-masing terbagi menjadi beberapa golongan suku melayu, jawa, cina, dayak dan madura(wawancara 08-11-2016.) Data diatas selaras dengan data yang ada pada RT yang ada di dusun selamet jaya. Bapak.
Penutup
Kesimpulan
Muara kubu adalah suatu kampung pesisir yang berdekatan dengan laut lepas selat karimata. Nama Kubu menurut catatan cerita rakyat adalah sebagai tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan benteng-benteng tersebut berada di muara kubu. Jejak sejarah di Muara Kubu cukup menarik perhatian penulis untuk mengunggakap peninggalan yang masih ada di Muara Kubu. Peninggalan sejarah yang tertinggal di muara kubu masih belum tersentuh oleh pemerintah setempat. Seperti benteng-benteng pertahanan yang berada di dasaran air sungai muara kubu. Muara kubu yang belum tersentuh pemerintah setempat di bidang penerangan (listrik) mempunyai banyak harapan masyarakat disana. Harapan tersebut datang dari seluruh masyarakat pesisir muara kubu yaitu aset penerangan.
Daftar fustaka
Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam (Jakarta:Amzah,2014) halm.1-2
Sanusi Ismail, Filsafat Sejarah (Darussalam:Arraniry Press,2012), halm 15-16
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,(Jakarta:UI-Press,2006) halm 42
Rustam , Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) halm 5

Doc.wawancara penulis tanggal 09-11 november 2016.



[1]Lihat Sejarah Peradaban Islam Samsul Munir Amin halm.1-2

[2]Lihat Filsafat Sejarah Sanusi Ismail halm 15-16
[3]Lihat, Mengerti Sejarah, Louis Gottschalk halm 42
[4] Lihat di Pengantar Ilmu Sejarah Rustam halm 5

1 komentar:

  1. Afwan kanda, sran saya cba saja di buat buku. Dan survei lagi tntang peninggalan sejarah disana

    BalasHapus