Jejak
Sejarah Yang Tertinggal Di Muara Kubu
Oleh
:
Abstrak
Muara kubu
adalah suatu kampung pesisir yang berdekatan dengan laut lepas selat karimata. Nama Kubu menurut catatan cerita
rakyat adalah sebagai tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa
penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan
perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan
benteng-benteng tersebut berada di muara kubu. Jejak sejarah di Muara Kubu
cukup menarik perhatian penulis untuk mengunggakap peninggalan yang masih ada
di Muara Kubu.
Kata kunci : jejak sejarah, muara
kubu.
a.
pengertian sejarah
Kata ‘’Sejarah’’berasal dari Bahasa Arab ‘’syajaratun’’, artinya pohon. Apabila
digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon, memiliki
cabang dan ranting , bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang,
lalu layu dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah silsilah, kisah,
hikayat yang berasal dari bahasa arab. Sejarah dalam dunia Barat disebut
historie (Perancis), historie
(Belanda) , dan history
(Inggris),dari bahasa Yunani, istoria
yang berarti ilmu.[1]
Menurut definisi yang umum, kata history berarti ‘’masa lampau umat
manusia’’. Dalam bahasa Jerman disebut Geschichte,
barasal dari kata geschehen yang
berarti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Arab disebut tarikh, berasal dari akar kata
ta’rikh dan taurikh yang berarti
pemberitahuan tentang waktu dan kadangkala kata tarikhus syai’I menunjukan arti pada tujuan dan masa berakhirnya
suatu peristiwa.
Dalam pengertian lain, sejarah
adalah catatan berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (events in the past). Dalam pengertian
yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.
Dalam istilah bahasa-bahasa eropa,
asal muasal istilah sejarah yang di pakai dalam literatur bahasa
Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu banyak yang mengakui
bahwa istilah sejarah berasal muasal, dalam bahasa yunani historia. Dalam bahasa inggris dikenal dengan history, bahasa perancis historie
, bahsa italia storia, bahsa jerman geschichte, yang berarti terjadi, dan
bahasa belanda di kenal gescheiedenis.
Melihat pada makna kebahasaaan dari berbagai
bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan
waktu dan peristiwa. Oleh karena itu penting dalam memahami satu peristiwa,
maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisas.[2]
Dalam khazanah filsafat, secara
singkat epistemologi diartikan sebagai teori ilmu pengetahuan. Pembicaraan
dalam epistemologi pada pokoknya berhubungan dengan upaya untuk menjawab
bagaimana karakteristik pengetahuan ilmiah, bagaimana metodologi untuk
memperolehnya dan apa kriteria keabsahan dan kebenarannya serta bagaimana
mengujinya.
Epistemologi merupakan bentukan dari
dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan
dan logos yang juga berarti pengetahuan atau informasi. Jadi
epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan.
Masalah sejarawan dalam usahanya
memilih suatu subjek dalam mengumpulkan informasi mengenai subjek itu (kegiatan
tersebut belakangan sering kali diberi nama yunani heuristik). Heuristik
sejarah tidak berbeda dalam hakikatnya dengan kegiatan bibliografis yang lain
sejauh menyangkut. Akan tetapi sejarawan harus mempergunakan banyak material
yang tidak terdapat didalam buku-buku. Jika bahan-bahan itu bersifat
arkeologis, epigrafis, atau numismatis, untuk sebagian besar yang harus
bertumpu kepada museum.
Jika bahan-bahan itu berupa dokumen-dokumen resmi,
maka ia harus mencari di arsip, pengadilan-pengadilan, perpustakaan pemerintah,
dan lain-lain. Jika bahan-bahan itu merupakan dokumen-dokumen pribadi yang
tidak terdapat dalam koleksi-koleksi resmi, ia mungkin harus mencarinya diantara
dokumentasi perusahaan-perusahaan, ruang piagam dari puri-puri kuno, milik
berharga kolektor autograph, dokumen-dokumen gereja, dan sebagainya.jika telah
memikirkan sesuatu subjek, dengan pembatasan-pembatasan yang sedikit banyak
bersifat pasti, mengenai perorangan, wilayah, waktu, dan fungsi (yakni
aspek-aspek ekonomi, politik, intelektual, diplomasi, atau aspek-aspek karya
lainnya) yang bersangkutan, ia mencari bahan-bahan yang mungkin ada sangkut
pautnya dengan perorangan diwilayah itu pada waktu itu yang berfungsi secara
itu. Bahan-bahan itu adalah sumber-sumbernya semakin cermat pembatasannya
mengenai perorangan, wilayah, waktu dan fungsi, semakin besar kemungkinannya
bahwa sumber-sumbernya akan ada sangkut pautnya dengan subjeknya.[3]
Sejarah dapat memberikan pengetahuan baru terhadap
kita bisa di lihat dari dua aspek :
Pertama; Untuk memenuhi rasa ingin tahu
mengenai peristiwa-peristiwa masa lampau, tentang bagaimana deskripsi
peristiwanya, mengapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana akhir peristiwa itu,
serta perkiraan implikasi atau dampak peristiwa tersebut terhadap bidang-bidang
kehidupan lainnya.
Kedua; Untuk mengetahui lebih mendalam apakah sejarah itu
suatu seni atau suatu disiplin ilmu, Profesor Charles A. Beard, dalam pidatonya
selaku Presiden Perserikatan Ahli Sejarah Amerika di New York, 1933 dengan
judul: “Written History as an Act of Faith” menyatakan bahwa: Sejarah sebagai
disiplin ilmu dan sebagai seni kedua hal itu saling mengisi. Tetapi yang pasti
bahwa, sejarah memiliki metode yang berilmiah. Berjuta-juta fakta sejarah dapat
dipastikan secara meyakinkan baik bagi awam maupun bagi para ahli.[4]
b.
Gambaram umum muara kubu
Muara Kubu terletak pada penghujung sungai kubu (sungai kapuas) desa
dabong kecamatan kubu kabupaten kubu raya, semenjak terbentuknya suatau daerah
kerajaan kubu yang berdekatan dengan laut lepas selat karimata.muara kubu sudah
menjadi aset lalu lintas perairan. Sungai muara kubu yang menjadi penghubung
antar daerah yang ada di kalimantan. Ada
bebrapa anak sungai penghubung yang berada di muara kubu menuju batu ampar,
sukadana dan lain sebagainya, Dan muara ada sebuah peninggalan masa penjajahan jepang yaitu
benteng-benteng pertahanan yang di buat
mnggunakan batu-batu dan di tatanya pada masa kerajaan kubu, yaitu ( Sayyidi
Syarif Idrus bin Abdurahman Al-Idrus, guna menghalau serangan dari perompak
laut (lanun) yang pada masa itu masih
merajalela. Sejak benteng pertahanan tersebut dibangun dengan kokoh, mulailah
orang menamakan kampung itu dengan sebutan tanjung batu yang berlaku hingga
saat ini, muara kubu menjadi salah satu perkampungan di desa dabong kecamatan
kubu kabupaten Kubu Raya. Dan Benteng pertahanan yang dibangun oleh para
pengikut setia Syarif Idrus terbukti kuat.terbukti keberadaannya sampai saat
ini.
Secara administrasi 1979 sudah ada penduduk yang tinggal di daerah muara
kubu dan terbentuknya RT 06 yang di pimpin oleh pak namseng seorang saudagar
yang datang ke muara kubu pada tahun 1968. Keadaan penduduk pada waktu itu
masih belum begitu banyak yang mayoritas penduduk disana adalah nelayan.
Muara kubu suatu perkampungan
pesisir sungai kapuas yang terletak di penghujung sungai kapuas kubu raya
tidakseperti masyarakat perkotaan pada umumnya. Salah satu warga disana yaitu
pak arsad mahmud )wawancara 09-11-2016) mengatakan kepada penulis. Beginilah
masyarakat pesisir. Tidak semuanya akan bisa merasa betah tinggal di daerah
pesisir. Karena tantangannya lebih besar. Jika tidak bisa mengendalikan perahu.
Maka kebanyakan dari penduduk sini akan pindah ke daerah lain. Dari sebab
itulah penduduk muara kubu tidak pernah ramai.
Tahun 1972 pasca pengalian sungai
baru muara kubu dan setelah pak namseng membakar limbah-limbah penggalian
sungai baru tersebut, barulah banyak penduduk berdatangan dari berbagai daerah
seperti padang tikar. Namu kedatangan mereka ke muara kubu hanya untuk bertani
dan membuat pemukiman disana akan tetapi mereka masih belum mengakui masyarakat
muara kubu. mereka masih masyarakat padang tikar.(ucap pak joko BPD dabong
09-11-2016 lalu). Memasuki tahun 2005 barulah terbentuk RT baru yaitu RT 07
yang dipimpin oleh pak rusadai saat ini.
Muara kubu adalah salah satu bagian dari desa dabong tepanya dusun
selamet jaya yang mana penduduknya merujuk pada data desa yang di pegang oleh
BPD Desa yaitu bapak joko, berjumlah 297 jiwa dengan jumlah 73 KK, jumlah
laki-laki 147 jiwa dan perempuan berjumlah 150 jiwa. terdiri dari beberapa
etnis dan suku. Yaitu islam 94% dan non muslim 6%. Yang masing-masing terbagi
menjadi beberapa golongan suku melayu, jawa, cina, dayak dan madura(wawancara
08-11-2016.) Data diatas selaras dengan data yang ada pada RT 06 dan 07 yang
ada di dusun selamet jaya. Bapak rosidi mengatakan bahwa mayoritas penduduk
muara kubu 65% nelayan dan 35% bertani. Yang rata penduduk muara kubu berada di
atas 35 tahun dan yang anak-anak masih berada di usia sekolah dasar dan
menengah pertama.
Kubu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia. Kecamatan Kubu merupakan satu-satunya kecamatan yang memiliki keunikan
tersendiri di Kabupaten Kubu Raya. Di kecamatan ini sebagaimana tercatat dalam
sejarah pernah berdiri sebuah Kerajaan Kubu, yang terbukti hingga saat ini
makam seorang pendirinya, Syarif Idrus bin Abdurrahman Al-Idrus yang menjadi
raja kesultanan pada waktu itu masih tetap terjaga dan terawat sebagai salah
satu potensi wisata ziarah yang ada di kabupaten termuda di Kalimantan barat
saat ini.
Nama Kubu menurut catatan cerita
rakyat adalah sebagai tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa
penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan
perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan
benteng-benteng tersebut berada di muara kubu.
Kecamatan Kubu berawal pada sejarah
Kerajaan Kubu ketika 45 penjelajah Arab yang berasal dari daerah Hadramaut Yaman di Selatan Jazirah Arab, yang
mendapat perintah dari Guru Pengajiannya untuk menyebarkan Syariat Islam di lautan sebelah Timur (Asia). Salah seorang dari 45
pemuda Arab yang telah membuka lahan Perkampungan tersebut ialah seorang yang
bernama Syarif Idrus Al-Idrus. Sayyidis Syarif Idrus bin
Abdurahman Al-Idrus, lahir pada malam Kamis 17 Ramadhan 1144 H ( 1732 M ) dikampung Al-Raidhah terim ( Hadramaut ). Dia
meninggalkan kampung halamannya dalam rangka Syiar agama Islam. Banyak negeri
dan tempat yang dilalui dan disinggahi termasuk dikepulauan Nusantara hingga
diriwayatkan akhirnya ia tiba menyusuri sepanjang sungai terentang ( dimuara
pulau Bengah ), didaerah itulah dia berhasrat untuk menetap dan membuka
perkampungan untuk itu permohonannya mendapat restu dari Sultan Ratu, Raja di Simpang ( Matan
Kalimantan Barat ). Di situlah tahun 1182 H (1768 M) Dia dan beberapa orang
anak buahnya yang berasal dari Hadramaut dan di Bantu oleh suku-suku Bugis dan
Melayu membuka sebuah perkampungan yang sekarang telah diakui sebagai Kecamatan
Kubu, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Indonesia.
Muara kubu merupakan bagian dari daerah dabong
kecamatan kubu kabupaten kubu raya merupakan suatu wilayah yang mengandung
sejarah penyeparan islam di kalimantan barat khususnya di daerah kubu. Muara
kubu penulis mengatakan sebuah daerah pesisir yang berada di desa dabong
merupakan kampung yang siap maju dan menerima aset penerangan di waktu malam.
Berhubung dengan jarak yang begitu jauh dari desa, maka pemerinta setempat
masih berusaha untuk memasukan listrik ke muara kubu. Salah satu perkampungan
yang berada di pesisir kubu bisa menjadi aset wisata peistirahatan,perbelanjaan
makanan untuk oleh-oleh bagi para pengguna aset jalur sungai yang menjadi salah
satu sungai yang menghubungkan ke daerah lain. Seperti ke daerah sukadana,
padang tikar, teluk batang dan lain sebagainya.
Muara kubu yang mempunya beberapa anak sungai yang
bisa menghubungkan ke daerah lain, penulis beranggapan muara kubu bisa menjadi
aset tempat peristirahatan dan pembelanjaan oleh-oleh. Namu itulah tadi penulis mengatakan diatas bahwa aset listrik
yang tidak terjangkau ke muara kubu sihingga di malam hari tampak gelap
pemandangannya. Menurut salah satu warga yang penulis wawancarai (Pak namsong
71 tahun) beliau berkata suatu kampung pesisir yang berada di daerah Desa
Dabong Dusun selamet jaya kecamatan kubu kabupaten Kubu Raya Kalimantan barat
yang dulunya tidak berpenghuni, hanya menjadi sebuah aset jalur perekonomian
dan jalur pelintasan untuk menuju satu daerah ke daerah lainnya, dan perlintasan para orang-orang imigran juga
para raja di zaman dahulu kala.
Nama asli muara kubu adalah dusun selamat jaya desa
dabong atau nama sebutan masyarakat biasanya disebut dengan nama kuala
kubu,yang di ambil dari kata muara dalam arti tempat bertemunya sungai yang ada
di daerah kubu.menurut kamus KBBI kuala adalah tempat pertemuan sungai
dengan sungai atau sungai dengan laut. Kubu sendiri di ambil dari komonitas atau
sekumpulan masyarakat pada waktu itu yaitu pada masa kerajaan syarif idrus
tepatnya di kraton kubu saat ini. ada juga yang mengatakan tanjung batu.
Menurut bapak salim abu (wawancara 09-11-2016/ 07:26)
Ada juga yang mengatakan dari salah satu nelayan
yang ada di muara kubu mengatakan bahwa muara kubu biasa di sebut dengan nama
sebutan kuala kubu dengan alasan muara kubu ini adalah suatu penghujung sungai
kubu yang berhadapan langsum dengan laut lepas di bagian selatan, atau muara bersama-sama
dari beberapa aliran menjadi satu
Muara kubu ada juga yang mengatakan dengan sebutan
tanjung batu karna jika di lihat dari bahasanya menurut KBBI tanjung mengandung
arti tanah penghujung yang mengarah ke laut. menurut salah satu warga muara
kubu yang sempat penulis wawancarai yaitu bapak joko, mengatakan bahwa muara kubu dulunya di sebut
dengan tanjung batu, karna di penghujung sungai tersebut ada peninggalan masa
penjajahan belanda, yaitu bangunan benteng-benteng pertahanan yang berada di
dasar air, tepatnya di penghujung sungai muara kubu guna untuk mengantisipasi
sebuah serangan dari berbagai pihak pada masa itu, maka di sebutlah tanjung
batu atau nama sekarang adalah muara kubu (wawancara 09-11-2016/19:30).
c.
Muara kubu di zaman dahulu
Kubu menurut pak joko BPD Dabong
kendati telah berkali-kali mendapat serangan dari musuh, Keberadaan benteng
tersebut justru membuat penduduk Kubu menjadi lengah. Mereka terlanjur sangat
meyakini bahwa benteng perkampungan mereka tidak dapat ditembus oleh musuh yang
sekuat apapun. Mereka tidak memperhitungkan lagi bahwa musuh tetap mencari cara
untuk menerobos benteng hingga pada suatu ketika, terjadilah serbuan mendadak
dari orang-orang Siak. Karena
dalam kondisi yang tidak siap, pihak Kubu menjadi kocar-kacir karena serangan
itu.Saat serbuan itu terjadi, Syarif Idrus yang sedang menunaikan ibadah shalat
akhirnya tewas terbunuh. Atas kejadian tersebut, penduduk Kubu dan keturunannya
bersumpah tidak akan menjalin kekerabatan, termasuk menikah dan dinikahi,
dengan orang Siak beserta anak-cucunya. Kejadian penyerangan Kubu oleh Siak itu
terjadi di penghujung abad ke-18, atau kira-kira pada tahun 1794 miladiyah.(wawancara 10-11-2016)
Benteng pertahanan ini masih cukup
ampuh sampai saat ini. Menurut beberapa nelayan yaitu pak ependi 41 tahun warga
mura kubu mengatakan jika air tengah surut atau di musim selatan benteng
tersebut bisa di lihat dengan panca indra, bahkan bisa di dipijaki. Inilah awal
mula mengapa tempat itu disebut dengan nama tanjung batu dan kemudian menjadi
sebutan muara kubu dengan alasan karna sungai tersebut menjadi sungai
penghujung di kubu dan mempunyai beberapa cabang sungai serta menujukan ke laut
lepas selat karimata dan meninggalkan sebuah peninggalan di zaman belanda yaitu
batu benteng pertahana. Di Kubu ini sayyid idrus dinobatkan menjadi Raja
Pertama pada tahun 1775 M dan bergelar Tuan Besar Raja Kubu,
yang mana kelak bekas Istana tersebut didirikan Masjid Raya sekarang. dalam sejarah dikatakan bahwa masuknya islam melalui selat karimata
seperti yang dikatakan para sejarawan terdahulu. Sahzaman berpendapat bahwa agama
Islam masuk di Kalimantan Barat melalui selat Karimata menuju kerajaan
Tanjungpura yang memang sudah ada sejak abad ke XIII. Kerajaan Sambas
pada masa Raden Sulaiman putra Raja Tengah dari kerajaan
Brunai (Ajisman 1998:24).
Dengan
adanya sebuah teori dari ajisman, penulis merumuskan dengan landasan pendapat
dari warga setempat yaitu bapak joko selaku BPD dabong mengatakan, bahwa pada
masa itu kehidupan di dabong dan sekitarnya sudah ada dari zaman kerajaan,
sebab masuknya sultan idrus ke kubu karena terdampar di benua daong,(benua
dabong sebutan masa kerajaan).dan selama satu tahun sultan idrus bermukim di
benuah dabong di wilayah penggawa dabong yaitu jeragan shaleh atau nama aslinya
muhammad saleh. Setelah setahun kemudian sayyid idrus berpamitan kepada
penggawa dabong untuk bisa masuk ke daerah kubu yang mana pada waktu itu masih
belum ada kerajaan kubu. Setelah berpamitan ke penggawa dabong, penggawa dabong
lalu menembakkan meriam yang berisi peluru untuk menentukan wilayah yang harus
di tempati oleh sayyid idru, maka dengan tembakan itu jatuhlah peluru meriam
tersebut di sungai mak meriam. Dan kemudian sayyid idrus mengunjungi ke lokasi
tersebut, setelah beberapa hari kemudian keberadaan sayyid idrus di sungai mak
meriam tidak bisa betah tidak tahu alasannya bagaimana. Lalu sayyid idrus pergi
pamitan kembali ke penggawa dabong untuk masuk lebih dalam lagi dan penggawa
dabong mengijini pamitan sayyid idrus. Maka pindahlah sayyid idrus dengan
melewati sungai muara kubu di tempat yang baru, yaitu tempat yang menjadi
sorotan sejarawan muslim borneo yaitu wilayah kubu.(wawancara 10-11-2016).
Dengan
adanya beberapa agrumentasi yang akurat dapat di pastikan muara kubu sudah ada
sejak zama kerajaan, dan berlangsum pada zaman penjajahan belanda dan jepang.
Sehingga sampai saat ini muara kubu menjadi salah satu wilayah pesisir sungai
kapuas yang di miliki oleh desa dabong kecamatan kubu kabupaten kubu raya yang
melalui atministrasi kenegaraan pada tahun 1997 masehi.
Muara kubu pada masa kerajaan muara kubu sudah di huni oleh masyarakat
zaman dahulu, tepatnya di kampung keda
masih darah muara kubu yang letaknya di bagian anak sungai muara kubu yaitu
sungai keda masuk simpang sungai wangi. Beberapa nelayan mengatakan salah satunya
pak namsong 41 tahun penduduk muarakubu yang paling pertama datang pasca orde
kemardekaan indonesian tahun 1965 M mengatakan bahwa perkampungan itu sudah
berada sejak zaman dahulu, sebelum saya masuk ke muara kubu kampung itu sudah
ada (wawancara pak namsong 09-11-2916).
Kampung keda mempunyai peninggalan-peninggalan bersejarah islam
diantaranya yang pernah di temui oleh sebagian masyarakat yang pernah memasuki
kawasan tersebut seperti kang sri mmenemukan sebuah surau yang kondisinya sudah
roboh hanya tetingga satu tiang yang berdiri saja waktu 20 tahun yang silam
(wawancara kang sri 11-11-2016).
Salah satu warga muara kubu yaitu pak arsad mahmud ketua masjid muara
kubu sekarang, juga mengatakan kalau perkampungan keda itu berdiri sejak masa
pejajahan belanda dan masih dalam masa kerajaan kubu pada saat itu. (waancara
pak arsad mahmud 09-11-2916).
Penulis menarik sebuah kesimpulan dari data-data wawancara yang diterima
dari warga setempat, bahwa muara kubu sejak zaman dahulu sudah terbentuk sebuah
perkampungan.yang masih belum teradministrasi kenegaraan masih dalam bentuk
administrasi kerajaan kubu.
Pada masa kerajaan kesultana syyid abdurrahman al-idrus raja kubu. Muara
kubu sudah menjadi pemukiman masyarakat kampung keda, selain kampung keda muara
kubu adalah salah satu daerah peperangan antar kerajaan yang pernah di tempati
kerajaan siak untuk tempat peristirahatan mereka dan mengatur strategi untuk
bisa merebut wilayah yang mereka inginkan. Menurut salah sattu warga. raja siak
beserta prajuritnya pernah menempati suatu tempat yang berada di penghujung
sungai muara kubu yang berbentu liter U. Maka sebelum penghujung sungai
tersebut di beri nama tanjung liak-liak. Dengan alasan dahulu kawasan itu
pernah di tempati oleh kerajaan siak dan para prajurutnya.(wawancara kang sri
11-11-2016)
Kemakmuran permukiman yang didirikan
oleh Syarif Idrus di tepi Sungai Kapuas Kecil kubu ternyata memancing niat
buruk gerombolan perompak (lanun) untuk menjarahnya. Beberapa kali perkampungan
Syarif Idrus menjadi korban keganasan para bajak laut sehingga mengalami
kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Syarif Idrus kemudian memutuskan
kebijakan untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah di pinggir anak
Sungai Kapuas Besar (dikenal juga dengan nama Sungai
Terentang) dan
membuat sistem pertahanan yang lebih kuat sebagai langkah untuk mengantisipasi
serangan dari luar. Kubu pertahanan dibuat dengan cara menimbun sungai dengan
batu agar tidak dapat dicapai oleh musuh.
Sejak benteng pertahanan tersebut
dibangun dengan kokoh, mulailah orang menamakan kampung itu dengan sebutan Kubu
yang berlaku hingga saat ini menjadi salah satu Kecamatan pada Kabupaten Kubu
Raya. Benteng pertahanan yang dibangun oleh para pengikut setia Syarif Idrus
terbukti kuat. Kendati telah berkali-kali mendapat serangan dari musuh, tapi
benteng-benteng pertahanan ini masih cukup ampuh menahannya. Inilah awal mula
mengapa tempat itu disebut dengan nama Kubu dan kemudian menjadi Kesultanan
Kubu.
Kedigdayaan benteng tersebut justru
membuat penduduk Kubu menjadi lengah. Mereka terlanjur sangat meyakini bahwa
benteng perkampungan mereka tidak dapat ditembus oleh musuh yang sekuat apapun.
Mereka tidak memperhitungkan lagi bahwa musuh tetap mencari akal untuk
menerobos benteng hinggapada suatu ketika, terjadilah serbuan mendadak dari
orang-orang Siak. Karena dalam kondisi yang tidak
siap, pihak Kubu menjadi kocar-kacir karena serangan itu.
Saat serbuan itu terjadi, Syarif
Idrus yang sedang menunaikan ibadah shalat akhirnya tewas terbunuh. Atas
kejadian tersebut, penduduk Kubu dan keturunannya bersumpah tidak akan menjalin
kekerabatan, termasuk menikah dan dinikahi, dengan dan oleh orang Siak beserta
anak-cucunya. Kejadian penyerangan Kubu oleh Siak itu pada tahun 1795.
Sebelum Syarif Idrus gugur akibat
serangan dari orang-orang Siak pada tahun 1795, raja pertama Kesultanan Kubu
ini ternyata telah menandatangani kontrak politik dengan Belanda. Sejak itu,
jalannya sistem pemerintahan Kesultanan Kubu berada di bawah hegemoni Belanda
karena secara turun-temurun, sultan-sultan yang berkuasa di Kesultanan Kubu
selalu bersedia mengadakan kesepakatan dengan Belanda.
Dalam catatan
sejarah kaum kerabat Kerajaan Kubu keturunan Alawiyyin ber-fam Alaydrus dan
orang-orang Kubu pada umumnya, nama Tengku Akil juga dikenal karena pernah
terjadinya konflik akibat suatu ekspedisi yang dipimpin Tengku Akil dari Siak,
atas perintah dari Belanda. Akibat konflik ini, Yang Dipertuan Besar Kubu
Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus menemui ajalnya pada tahun 1795 M,
terbunuh ketika sedang shalat Subuh. Konflik dengan rombongan Siak dibawah
pimpinan Tengku Akil inilah konon yang membuat sumpah Raja Kubu yang menyatakan
mengharamkan anak keturunannya menikah dengan orang-orang Siak.
- Tempat terdamparnya para mayat di sungai muara kubu
Pada masa kerajaan dan di masa
penjajahan belanda di indonesia salah satu tempat bersejarah di berbagai daerah
ialah sungai muara kubu. Pada masa itu konon menurut pak joko BPD Dabong, muara
kubu adalah tempat terdamparnya para mayat peperangan antar kerajaan
tanjungpura dan kerajaan siak. Mayat-mayat tersebut ada yang di makamkan di
sungai kubur besar dan ada yang di makamkan di sungai keda. Hasil observasi
penulis mengungkapkan pendapat pak joko tersebut ialah mengunjungi salah satu
makam-makam tua yang berada di tepian sungai kubur muara kubu. Terlihat bahwa
makam tersebut adalah makam di zaman dahulu dengan melihat kondisi makam yang terbuat
dari kayu beliyan dan batu pahat. Dokumentasi observasi penulis membuktikan
keberadaan makam tersebut sampai saat ini.
Makam yang terbuat dari batu pahat
biasanya makam pada masa kerajaan dan kualitas kayu beliyan yang unik pada
makam tersebut memberi pertanda bahwa makam tersebut makam di zaman kerajaan.
Makam-makam tersebut saat ini sudah bnya runtuh ke dasar air di sebabkan abrasi
sungai yang sering di lintasi oleh para pengguna jalan transpor air.
- Sungan asal muara kubu dan sungai baru muara kubu
Pada suatu daerah biasanya ada
suatau perubahan wilayah seperti pembangunan jalan, jembatan, dan perubahan
lainnya untuk kemajuan suatu daerah itu sendiri. Kubu raya adalah salah satu
kabupaten termuda di provensi kalimantan barat, banya perubahan yang masih
harus di perbaiki bahkan di buat bangung baru untuk kemajuan daerah kubu raya
sendiri, di antara salah satunya adalah jalur transportasi air.
Jalur transportasi air di muara kubu
adalah salah satu jalur yang bisa menghubungkan ke berbagai daerah, seperti ke
sukadana, batu ampar ,padang tikar, sampit, dan daerah lainnya. Mura kubu
adalah pintu gerbang jalur transportasi air yang dimiliki oleh kubu raya. Alur
sungai muara kubu begitu extrim yaitu sungai yang berbentuk liter U, tampak
pada peta sungai muara kubu yang penulis pegang dokunemtasinya saat ini.
Menurut salah satu warga tertua di muara kubu yaitu pak namsong mengatakan
banyak kejadian-kejadian kapal yang saling bertabrakan di sungai tersebut.
Bahkan sungai tersebut yang paling membawa bahaya para pengguna transpor air.
Sehungga pada tahun 1979 masehi. Pada pemerintaha suharto di buatlah suatu
sunga baru guna untuk mengantisipasi kecelakaan. Dan dengan adanya sungai baru
tersebut jalur transportasi air terasa lebih cepat, karena jalurnya lurus dan tidak
seperti liter U- lagi, sunagi asal itu masih ada dan tidak lagi di gunakan oleh
para pengguna jalur transportasi air, bahkan sungai asal tersebut menjadi salah
satu tempat pencarian udang galah oleh sebagian masyarakat setempat.
d.
Peninggalan sejarah di muara kubu
1.
Benteng-benteng pertahan di muara kubu.
Setiap suatau daerah di mana pun itu tempatnya pasti
ada salah satu benda atau peninggalan sejarah masa lalu, baik itu peninggalan
yang bersifat pribadi (benda keturunan) maupun itu benda yang bersifat umum
seperti peninggalan masa penjajahan dan masa kerajaan.
Indonesia yang dulunya menjadi tempat penjajahan
belanda dan jepang minggalkan sebuah sejarah yang tidak mungakin di lupakan
oleh masyarakat indonesia. Peninggala-peninggalan itu masih banyak di temuai
oleh rakyat indonesia. Peninggalan-peninggalan di masa penjajahan sudah banyak
di temui di wilayah kalimantan barat Salah satu diantara peninggalan sejarah
yang berada di muara kubu, salah satunya adalah peninggalan di masa penjajahan
belanda, yaitu benteng-benteng atau batu-batu yang tumpuk di dasaran sungai
sampai di dalam sungai, guna untuk membuat pertahan pada masa itu.
Kontrak politik yang dibuat Belanda
itu berisi hampir sama dengan kontrak politik serupa antara Belanda dengan
kerajaan-kerajaan lainnya di Kalimantan Barat. Beberapa poin terpenting dalam
perjanjian itu antara lain pihak Kesultanan dan Belanda mengatur sistem
pemerintahan dan mempertahankan Kesultanan bersama-sama. jika Sultan wafat,
pihak Kesultanan boleh mengajukan calon Sultan kepada Belanda, sementara yang
berhak mengangkat Sultan secara resmi adalah pihak Belanda. Sultan mengangkat
para menteri harus dengan sepengetahuan pihak Belanda. Sultan hanya boleh
membangun benteng atas persetujuan pihak Belanda. Sebaliknya, apabila Belanda
hendak mendirikan benteng, Sultan harus mengizinkan dan membantu pelaksanaan
pembangunan benteng Belanda tersebut.
Berikutnya, apabila ada
tentara/pegawai Belanda yang lari kepada Sultan, Sultan harus menyerahkannya
kembali kepada pihak Belanda. mata uang Belanda yang berlaku di Batavia juga
diberlakukan di wilayah Kesultanan; Sultan tidak diharuskan memungut cukai
kepada pihak Belanda, harga jual atas hasil hutan dan hasil bumi di wilayah
Kesultanan ditentukan oleh pihak Belanda, bila terjadi serangan dari luar,
pihak Belanda akan membantu Sultan. Sultan dan daerah bawahannya wajib membantu
Belanda terhadap serangan musuh yang datang dari darat dan laut dan Sultan
dihimbau agar mengadakan upacara sebagai bentuk kesetiaan kepada Belanda
(Hasanudin & Budi Kristanto, dalam Humaniora,
No.1/2001).
Pada tahun 1910, pemerintah kolonial
Hindia Belanda mendirikan Bestuur Commite, sebuah
lembaga pemerintahan untuk mengawasi jalannya pemerintahan Kesultanan Kubu.
Syarif Kasimin, salah seorang kerabat Kesultanan Kubu, diangkat oleh Belanda
untuk memimpin Bestuur Commite. Belanda juga mengangkat seorang abdi setia
bernama Syarif Shaleh untuk ikut mengurusi lembaga bentukan kolonial itu.
Pemerintahan Kesultanan Kubu juga
memiliki lembaga internal yang
dinamakan Dewan Kesultanan. Anggota-anggota dari lembaga ini adalah orang-orang
yang berasal dari keluarga Kesultanan Kubu. Fungsi Dewan Kesultanan adalah
sebagai penasihat kesultanan dan mampu mempengaruhi kebijakan Sultan meski
keputusan akhir masih tetap berada di tangan Sultan. Dewan Kesultanan juga
dapat memainkan perannya ketika terjadi pemilihan kandidat calon Sultan sebelum
diserahkan kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Setelah era penjajahan Belanda dan
Jepang berakhir, wilayah Kesultanan Kubu dijadikan sebagai wilayah Self Bestuur (kurang lebih
setara dengan daerah otonomi) sejak tahun 1949-1958. Pada tahun 1958 itulah riwayat
Kesultanan Kubu berakhir dan menggabungkan diri sebagai bagian dari Negara
Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Kota Kubu kemudian menjadi ibukota Kecamatan Kubu, Kabupaten Pontianak,
Provinsi Kalimantan Barat
Dipersimpangan muara kubu ada tiga
buah anak sungai dan tepatnya du sungai muara kubu dibuatlah benteng-benteng
guna menghalau serangan dari perompak laut (lanun) yang pada masa itu masih merajalela.
Perkampungan yang dibuka kemudian berkembang menjadi negeri yang kemudian
diberi nama Kubu Kecamatan Kubu. Di Kubu ini dia dinobatkan menjadi Raja
Pertama pada tahun 1775 M dan bergelar Tuan Besar Raja Kubu,
yang mana kelak bekas Istana tersebut didirikan Masjid Raya sekarang.
Di muara kubu peninggalan benteng-benteng itu masih
ada sampai sekarang tepatnya di penghujung sungai muara kubu, yang mana disana
ada sebuah benteng buatan belanda yang sampai saat ini masih ada. Salah satu
nelayan sebut saja bapak rudi, mengatakan jika pada musim selatan atau musim
kemarau tepatnya biasa di bulan april sampai agustus, benteng-benteng itu bisa
kita lalui dengan kaki atau di pijaknya. Sehingga membuat penulis penasaran
dengan sebuah peninggalan jeppan. Dan pada akhirnya penulis memutuskan untuk
mengambil batu benteng tersebut bersama bapak nasir, guna meyakinkan dan
memastikan peninggalan tersebut masih ada sampai saat ini. Dan batu benteng
tersebut penulis ambil dari dasaran sungai dan di bawa pulang untuk di jadikan
sebuah bukti nyata bahwa peninggalan belanda masih ada di muara kubu yaitu batu
benteng yang di bangun di dasaran sungai.
Peninggalan lainnya yang penulis temukan yaitu
Makam-makam tua yang tidak di kenal oleh masyarakat disana yaitu makam tua yang
berada di tepian sungai muara kubu. Konon makam itu menutut salah satu warga
yaitu bapak arsad mahmud dan warga lainnya mengatakan, di tempat itu ada
ratusan makam tua yang ada di sana, tidak di ketahui dari mana asalnya
makam-makam tersebut. Kondisi makam tersebut yang penulis ketahui setelah
obsevasi bersama salah satu warga pada hari kamis jam 16:45 WIB Sangat miris
sekali keadaannya dan tidak terawat bahkan jika musim selatan atau kemarau
banyak makam-makam kuno dan batu nisannya terdampar di pinggiran sungai dan
peti-peti mayat itu nampak jelas dengan panca indra . peti-peti mayat itu
keluar akibat abrasi air sungai yang sering di laluli oleh kapal-kapal dari
berbagai daerah yang lewat di lokasi sungai tersebut.
Pernah suatu hari menurut warga setempat yang
pekerjaannya nelayan sebut saja bapak
ependi 41 tahun mengatakan dahulu ketika saya sedang menjala udang di
lokasi tersebut pernah mendapatkan tulang tangan mayat lengkap dengan tulang
jarinya. penulis menanyakan kembali lantas kemana tulang tersebut.? Bapak
tersebut mengatakan ya.. saya kubur lagi di daerah tersebut jawab pak ependi.
Melalui hasil observasi penulis yang di dokumentasikan sampai saat ini, uniknya
batu nisan tersebut bukan batu nisan buatan di masa sekarang . Dari segi
bentuknya bisa jadi batu nisan tersebut batu nisan buatan sekarang jika di
lihat dari modelnya, akan tetapi batu nisan yang ada pada makan tersebut ada
yang terbuat dari batu pahat, yang mana batu nisan yang terbuat dari batu pahat
terbukti batu nisan di masa kuno bisa jadi di masa penjajahan atau di masa
kerajaan. Dan ada satu batu nisan lagi yang berwana merah terbuat dari kayu
belian dengan model batu nisan milik dari masa kerajaan.(wawancara 10-11-2916)
2.
Kapung keda
Kampung meninggalkan sejarah masa lalu di muara kubu.
Salah satu peninggalan sejarah muara kubu adalah
salah satu perkampungan yang tidak perpenghuni saat ini, yaitu kampung keda.
Kapung tersebut adalah suatu perkampungan masyarakat pada masa kerajaan kubu,
tepatnya kampung tersebut berada di tepian sungai lama muara kubu. Konon
menurut sala satu masyarakat, muara kubu sebut saja pak namsong 71 tahun
mengatakan kampung tersebut memang suatu perkampungan dari zaman dahulu yang
mana saat ini perkampungan tersebut tidak lagi berpenghuni. (wawancra
09-11-2016 / 09:30).
Masih ada peninggalan sejarah masa lalu di muara
kubu yaitu peninggalan makam kuno selain makam yang di pinggiran sungai muara
kubu. Yaitu makam yang berada di pulau telok sinting di pulau seberang
perkampungan muara kubu saat ini. Salah satu warga disana yaitu nenek asma
mengatakan, dahulu pernah menemukan satu makam yang berada di pulau telok
sinting yang mana penemuan itu pada saat pencarian napkah. Pada saat mencari
kepah. Nenek asma 63 tahun mengatakan bahwa makam itu masih ada di daratan
pulau telok sinting tersebut, namun untuk menemukannya terkadang di waktu
kebetulan saja.
Salah satu
warga lainnya mengatakan (pak ependi 41 tahun) bahwa dia juga pernah menemukan
makam tersebut pada waktu memanen bubuk kepiting yang mereka pasang di daerah
tersebut. Salah satu tanda-tanda dalam penemuan tersebut belau mengatakan
biasanya ada hujan panas dan cuaca berubah sedemikian mungakin, baru kita bisa
menemukan makam tersebut.
Ibu sa’diah 70 tahun mengatakan pernah juga
menemukan makam tersebut pada saat pengambilan daun nipah untuk pembuata atap
daun. Ibu sa’diah mengatakan ciri-ciri makam tersebut berada di tengah pulau
telok sinting dan kondisi makamnya tiga tingkat, dan batu nisannya warnah
putih, yang tidak terawat. Ada juga nelayan yang mengatakan sebut saja pak
ependi 41 tahun. Bahwa pada posisi kampung keda yang berada di telok sinting
terkadang sering memancarkan cahaya biru yang memancar ke atas, dan tidak semua
orang yang bisa melihatnya, terkadang hanya di waktu-waktu tertentu saja cahaya
itu muncul.kemunculan cahaya tersebut tepat di lokasi makam yang masih
mengandung misteri sampai saat ini. Kemunculan cahaya itu biasanya muncul pada
malam selasa dan malam jum’at, dan makam yang mengandung misteri sampai saat
ini tidak semua orang bisa menemukan posisi yang tepat dimana letak makam
tersebut berada. Terkadang ada dan terkadang ketika mau di lihatnya lagi makam
itu tidak ada.
Penulis berusaha untuk bisa kesana dengan wagra
setempat, namun ada beberapa kendala, yaitu pulau itu sudah hutan rimba, dan
sulit untuk mencari jalan untuk menelusuri ke dalam pulau tersebut. Sempat
menjadi pemikiran baru penulis mengatatakan bahwa dahulu dimasa kerajaan pernah
terjadi suatu pertempuran kerajaan tanjungpura dengan kerajaan siak,(wawancara
pak joko 09-11-2016) dan pentempuran tersebut berada di muara kubu, berdekatan
dengan kampung keda yang mengandung misteri sampai saat ini, dengan keberadaan
makam kuno yang belum di ketahui keberadaannya. Penulis berkesimpulan bahwa
makam tersebut adalah salah satu makam peninggalan di masa kerajaan. Tidak di
ketahui dengan pasti makam makam tersebut adalah makam para panglima perang atau makam dari seorang raja.
Ataupun makam para pahlawan antara kerajaan tanjungpura dan kerajaan siak .
Menurut
yusmadi 37 tahun salah satu warga muara kubu mengatakan bahwa makam tersebut
adalah makam dari kerajaan siak di waktu penyerangan ke keraton kubu pada waktu
itu, dan tidak bisa di pastikan bahwa makam tersebut adalah makam dari teungku
akil purta raja siak yang di bawa belanda untuk mengisi kekosongan
pemerintahanya pada waktu itu. Atau bisa jadi makam dari panglima-panglima dari
tengku akil tersebut. Pak yusmadi 37 tahun tersebut mengatakan tidak semua
orang yang bisa menemukan makam tersebut ciri-cirinya menurut pak yusmadi jika
kita mao ketemu makam tersebut biasanya ada hujan panas sebelum ketemu makam
tersebut. Anehnya makam tersebut sampai saat ini belum di pastikan posisi makam
tersebut di sebelah mana, akan tetapi menurut pak yusmadi makam tersebut di
apet oleh bambu kining dan bambu hijau di samping-samping makam tersebut.
Yang masih perlu ditelusuri
Tengku Akil, dalam catatan orang Sukadana dikatakan sebagai cucu Raja/Sultan
Yahya, sengaja dibawa Belanda yang bermaksud menggantikan Sultan Muhammad
Jamaluddin di Sukadana. Tengku Akil akhirnya dapat menduduki dan memerintah
Sukadana bergelar Raja Tengku Akil Dipertuansyah (1827). Sukadana Baru inipun
lebih dikenal dengan nama Nieuw Broesseol oleh orang belanda.
Jika menelisik nama Sultan Yahya,
maka dalam urutan Sultan Siak, Sultan Yahya adalah Sultan ke-enam yang
memerintah tahun 1782-1784. Sedangkan dalam Syair Siak Sri Indrapura Dar
As-Salam Al-Qiyam tertulis nama Tengku Akil sebagai anak ketiga dari Sultan
Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1776-1780). Tertulis
pula Tengku Akil adalah adik daripada Tengku Muhammad Ali tertua Putra Mahkota
Siak Sri Indrapura yang kemudian setelah dinobatkan menjadi Raja bergelar
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) atau Sultan
Siak-kelima.Setelah masa Sultan Yahya, yang memerintah Siak adalah Dinasti
Sayyid atau Ba'alawi, keturunan dari Sayyid Syarif Utsman yang menikah dengan
Embun Badariah, Puteri dari Sultan Siak ke-empat yakni Sultan Abdul Jalil
Alamuddin Syah, atau kakaknya dari Tengku Akil.
Dalam catatan orang Belitong,
Tengku Akil awal mulanya bekerja untuk Inggris, kemudian bekerja untuk Belanda.
Tahun 1813, Inggris oleh Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan Jendral
Giullespie menguasai Palembang, terus Mayor W. Robinson meduduki Bangka
kemudian mengutus Tengku Akil dari Siak guna menguasai Belitung. Tengku Akil
mendapat perlawanan, dalam pertempuran itu Depati KA Hatam tewas dengan kepala
terpotong atau terkerat. Anak KA Hatam yang masih berusia muda, KA Rahad dan
beberapa saudaranya yang lain berhasil diselamatkan sepupunya KA Luso. KA luso
dan orang-orang berhasil mengusir Tengku Akil hingga Tengku Akil lari ke
bersembunyi di Pulau Lepar dan kemudian tahun 1820 Tengku Akil menjadi kaki
tangan Belanda di Bangka tapi mendapat perlawanan pula oleh Demang Singa Yuda
dan Juragan Selan hingga perahu dan pasukannya ditenggelamkan.
Sedangkan dalam catatan sejarah
kaum kerabat Kerajaan Kubu keturunan Alawiyyin ber-fam Alaydrus dan orang-orang
Kubu pada umumnya, nama Tengku Akil juga dikenal karena pernah terjadinya
konflik akibat suatu ekspedisi yang dipimpin Tengku Akil dari Siak, atas
perintah dari Belanda. Akibat konflik ini, Yang Dipertuan Besar Kubu Syarif
Idrus bin Abdurrahman Alaydrus menemui ajalnya pada tahun 1794 M, terbunuh
ketika sedang shalat Subuh. Konflik dengan rombongan Siak dibawah pimpinan
Tengku Akil inilah konon yang membuat sumpah Raja Kubu yang menyatakan mengharamkan
anak keturunannya menikah dengan orang-orang Siak.
Boleh jadi Tengku Akil yang
berkelana menyerang Belitong, Bangka, Negeri Kubu dan menjadi Raja di Negeri
Sukadana adalah Tengku Akil yang sama, jika menilik tahun-tahun terjadinya
penyerangan Belitong, Bangka dan pendudukan Sukadana.Dan, yang memang perlu
dikaji lagi, siapakah orang tua dari Tengku Akil yang selalu disebut Tengku
Akil Siak ini?! Apakah Tengku Akil itu cucu Sultan Yahya atau anaknya Sultan
Abdul Jalil Alamuddin Syah.Yang pasti, di Sukadana terdapat banyak peninggalan
dari trah Tengku Akil yang pernah memerintah Sukadana. Di Pulau Karimata,
terdapat pula makam Tengku Abdul Jalil, yang juga kerabat turunan dari Tengku
Akil Siak ini.Jadi, pengembaraan Tengku Akil ini memang bikin heboh negeri
serantau dari Sumatera dia tak boleh bertahta, maka digeruninya Belitong,
Bangka, Kubu hingga Sukadana.
Lokasi makam yang mengandung misteri ke baradaannya
sering kali di jumpai oleh mayoritas masyarakat muara kubu yang statusnya
nelayan bubuk kepiting. Dan lokasi makam tersebut berada di daratan pulau
sinting di kawasan sungai keda. kampung keda adalah kampung yang meniggalkan
sejarah, di sungai keda ada anak sungai
yang namanya sungai simpang wangi. Sungai simpang wangi adalah anak sungai yang
unik, yaitu apabila seseorang memasuki kawasan sungai tersebut pasti mencium
bahu wewangian-wewangian seprti bauh daun pandang, bunga melati dan lain
sebagainya. Sempat salah satu warga yang statusnya nelayan yang sering
menjumpai makam tersebut yaitu pak ependi 41 tahun, pernah memotretnya, namun
hasilnya tidak dapat di ambil gambarnya melalui kamera henponnya, akan tetapi
kalau di lihat dengan panca indra makam tersebut bisa di lihatnya.ucap pak
ependi 41 tahun. (wawancara 10-11-2016)
Peradaban
peneyebaran islam di kalimantan barat.kendati telah di ketahui beberapa
peninggalan sejarah penyebaran islam di muara kubu. Seperti
peninggalan-peninggalan benteng-benteng pertahan kelautan di priode masa
penjajahan belanda yaitu suatau benteng yang di bangun oleh prajurit belanda
dan rakyat kerajaan kubu di priodenya sulta syarif idrus di pintu masuk sungai
menuju kubu yang masih tertinggal sampai saat ini,
Muara kubu yang merupakan aset bersejarah di
peradaban islam di kalimantan barat tidak terlepas dari cerita yang sedikit
menarik perhatian penulis, seperti yang
dikatakan bapak ependi 41 tahun dan warga lainnya. bahwa dahulu ada sebuah
musafir yang berlayar untuk menyebarkan islam di kalimantan barat khususnya di
wilayah kubu, dikatakan kapal layar beliau beserta rombongannya pernah melintas
di perairan sungai muara kubu tepatnya di penghujun sungai kubu menuju kubu. Selain sungai muara kubu
mempunyai benyak sejarah. Sengai tersebut menjadi aset wilayah alur
taransportasi air untuk menuju ke berbagai daerah yang berdekatan dengan kubu..
Penulis sampai saat ini sempat bertanya-tanya bahkan sempat berpikir
dengan mengkroscek zaman sejarah masuknya islam ke kecamatan kubu yang di bawa
oleh Syarif
Idrus bin Abdurahman Al-Idrus 1772-1795 seorang ulama’ besar yang berasal dari
hadramaut yaman, seorang musafir yang jauh-jauh dari hadramaut yaman untuk
menyebarkan islam di benua asia bagian timur. yang mana sejarawan terdahulu
mengatakan syarif idrus adalah orang pertama yang di angkat menjadi raja di
kerajaan kubu, hal ini terbukti dengan adanya sungai muara kubu yang
menghubungkan antar daerah di wilayah kalimantan barat. Muara kubu yang sampai
saat ini masih terawat dengan baik, dan bekas peninggalannya masih berada di
daerah tersebut. keberadaan di dalam air sana tepatnya yaitu benteng-benteng di
masa penjajahan belanda yang berada di muara kubu, dan sungai muara kubu yang
menjadi perlintasan sayarif idrus untuk menuju kubu.
e.
Muara kubu di zaman modern
1.
Masa Pra Administrasi Negara
Pada masa pra administrasi negara untuk menjadi
suatu keutuhn NKRI dari berbagai wilayah harus melewati masa-masa administrasi
daerah. Namun sebelum masa administrasi daerah, muara kubu telah lebih dahulu
di tempati oleh masyarakat yaitu pak namsong 71 tahun. Pak namsong pada tahun
1965 M sudah memasuki wilayah kubu dan muara kubu menurut pak namsih masih
kosong tidak ada penghuninya. Setelah dua tahun kemudia yaitu pada tahun
1967 M
pak namsong pergi ke muara kubu dari kubu hanya untuk mukat ikan dan
udang pada waktu itu, selama satu tahun pak namsong masih pulang pergi dari
kubu ke muara kubu untuk mencari penghasilan laut. Karena merasa bosan harus
pulabg pergi dari kubu ke kuara kubu pada akhirnya pak namsong membuat gubuk
kecil di pinggiran muara kubu untuk tempat tinggalnya yaitu pada tahun 1968 M.
Di pertengahan tahun 1968 datanglah seorang saudagar
kaya cina yang bernama namseng bersama bapak dari pak namsong untuk usaha
bisnis bi pesisir muara kubu. Dan pada tahun 1970 kemudian pak namseng
membangun sebuah toko kayu dan penampungan halil laut dari berbagai daerah. Dua
tahun kemudian yaitu pada tahun 1972 ada pekerjaan proyek besar di muara kubu
yaitu penggalian sungai baru untuk membbuat jalur transportasi air lebih dekat.
Dan tidak melalui sungai lama yaitu sungai yang berbentu liter U, tersebut.
Saudagar cina yang terpandang hidupnya pada waktu
itu sehingga bisa di datangi oleh seorang jendral dari banjar masin memakai
hellikopter dan helli tersebut mendarat di rumah belakang pak namseng. Dan
lapangan helli tersebut berada di bekas sekolahan dasar muara kubu yang pada
waktu itu masih sekolahan swadaya masyarakat. Selama perjalanan hidup pak
namseng bnyak orang-orang yang mengadu nasib dengan pak namseng pada waktu itu
dengan cara menjadi buru atau kuli pak namseng. Maka penduduk disana sedikit
demi sedikit sudah mulai ada.
2.
Masa
administrasi
Suatu daerah bisa dikatakan menjadi daerah yang bisa
di akui negara ata provensi yaitu harus melalui adminstrasi daerah. Muara kubu
adalah suatau daerah yang memulai administrasi ke daerahannya sejak tahun 1968
M. Dan Pak namseng salah satu pembuka daerah pertama di muara kubu dan menjadi
Pak RT 06 dari desa dabong di muara kubu pada saat itu.
Muara kubu pada tahun 1968 masih dalam keadaan
kosonh di katakan tidak berpenghuni, ada pnghuninya namun sediki, yaitu pak
namseng beserta para kuli-kulinya. Pada tahun 1968 kehidupan di muara kubu
hanya sebatas tempat untuk mencari napkah bagi ara kuli pak namseng, dan tempat
bisnis pak namseng pada saat itu.
Pada tahun 1972 pada masa pemerintahan suharto.
Muara kubu di gencarkan oleh proyek besar, yaitu penggalian atau pembuatan
sungai baru tepatnya di sungai yang bentuknya liter U, dan di gali untuk
mengambil jalan tengahnya agar bisa menempuh dengan jarak yang lebih cepat dari
pada lewat di sungai yang liter U tersebut. Konon menurut pak namong 71 tahun
orang pertama di muara kubu. Mengatakan sebelum sungai itu di gali, pada waktu
itu banya kapal-kapal bertabrakan di tikungan tajam sungai titer U, tersebut.
Maka dari itu demi kelancaran arus transportasi air guna menghindari kecelakaan
yang sering terjadi maka inisiatip warga di buatlah sungai baru tersebut pada
masa pemerintahan suharto dengan mendatangkan alat-alat berat dari luar negri.
Limbah, penggalian sungai tersebut di buang pada
tepian sungai baru yang pada waktu itu tidak berpenghuni. Setelah penggalian
tersebut selesai beberapa tahun kemudian di bakarlah lahan limbah bekas
penggalian itu oleh pak namseng sehingga menjadi tempat yang lapang dan tidak
lama kemudian pada tahun 1992 datang lah penduduk dari luar daerah seperti dari
batu ampar, padang tikar, teluk pakedai dan lain sebagainya guna untuk berkebun
di tempat yang pak namseng bakarnya, dan mulailah di tempat tersebut satu
persatu di bangun sebuah pemukiman oleh warga pendatang.
Dalam catatan sejarah masyarakat muara kubu di
katakan oleh pak ersad mahmud, orang yang pertama kali datang ke muara kubu
pada tahun 1992 yaitu pak H, saidi. Beliau adalah orang pertama yang datang di
muara kubu pada tahun itu.(wawancara 09-11-2016). Sempat penulis menemui pak H.Saidi
di pemukiman kebunnya dengan jarak tempuh sekitar 1 KM perjalanan kaki. Dan
mewawancarai beliau (wawancara 10-11-2016) memang betul beliau mengaku pada
tahun 1992 beliau datang ke muara kubu hanya untuk bertani dan mencari hasil
laut. Dan pada tahun selanjutnya muara kubu yang di pandang oleh para
orang-orang menpunyai bnya potensi lahan dan hasil lautnya, maka dari situlah
kebanyakan orang-orang datang dari bermacam penjuru daerah ke muara kubu dan
bermukim disana, sampai saat ini Muara kubu adalah salah satu bagian dari desa
dabong tepanya dusun slamet jaya yang mana penduduknya merujuk pada data desa
yang di pegang oleh BPD Desa yaitu bapak joko, berjumlah 297 jiwa dengan jumlah
73 KK, jumlah laki-laki 147 jiwa dan perempuan berjumlah 150 jiwa. terdiri dari
beberapa etnis dan suku. Yaitu islam 94% dan non muslim 6%. Yang masing-masing
terbagi menjadi beberapa golongan suku melayu, jawa, cina, dayak dan
madura(wawancara 08-11-2016.) Data diatas selaras dengan data yang ada pada RT
yang ada di dusun selamet jaya. Bapak.
Penutup
Kesimpulan
Muara kubu adalah suatu kampung pesisir yang
berdekatan dengan laut lepas selat karimata. Nama Kubu menurut catatan cerita rakyat adalah sebagai
tempat kubu pertahan (Benteng) pada masa
penjajahan Kolonialisme Belanda dan Jepang pada tahun 1778 oleh Sultan Syarif Al-Idrus, selaku Raja pertama Kesultanan Kubu sekaligus Pendiri dan pembuka lahan
perkampungan Kubu yang sekarang dikenal dengan Kecamatan Kubu.dan
benteng-benteng tersebut berada di muara kubu. Jejak sejarah di Muara Kubu
cukup menarik perhatian penulis untuk mengunggakap peninggalan yang masih ada
di Muara Kubu. Peninggalan sejarah yang tertinggal di muara kubu masih belum
tersentuh oleh pemerintah setempat. Seperti benteng-benteng pertahanan yang
berada di dasaran air sungai muara kubu. Muara kubu yang belum tersentuh
pemerintah setempat di bidang penerangan (listrik) mempunyai banyak harapan
masyarakat disana. Harapan tersebut datang dari seluruh masyarakat pesisir
muara kubu yaitu aset penerangan.
Daftar fustaka
Samsul Munir Amin,Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta:Amzah,2014) halm.1-2
Sanusi Ismail, Filsafat Sejarah
(Darussalam:Arraniry Press,2012), halm 15-16
Louis Gottschalk, Mengerti
Sejarah,(Jakarta:UI-Press,2006) halm 42
Rustam , Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999) halm 5
Doc.wawancara penulis tanggal 09-11 november 2016.

Afwan kanda, sran saya cba saja di buat buku. Dan survei lagi tntang peninggalan sejarah disana
BalasHapus